Hal ini disebabkan oleh cara memasaknya yang menggunakan bambu atau patung dan kemudian dibakar.
Binarundak menggunakan isian berupa beras ketan yang sudah dibersihkan, lalu ditambahkan dengan beragam bumbu alami seperti bawang merah, jahe, santan, dan lainnya.
Setelah semua bahan tercampur, selanjutnya dimasukkan ke dalam bambu dengan cara dibungkus menggunakan daun pisang muda, kemudian dibakar sampai matang.
Proses pengemasan makanan ini juga dilakukan agar dalam penyajian binarundak dapat disajikan dalam bentuk yang utuh dan menarik.
Setelah selesai dimasak, binarundak dapat dipotong sesuai dengan keinginan masing-masing.
Rasa yang muncul saat Anda menggigit makanan ini adalah manis. Ditambah lagi dengan cita rasa dan wangi yang unik akibat proses pembakaran tersebut.
Tidak mengherankan jika makanan ringan ini sangat disukai oleh wisatawan dan penduduk setempat karena benar-benar dapat membangkitkan selera.
Sinandoi