Dalam surah ini Allah menurunkan Al-Qur'an pada malam al-Qadar. Sebuah malam yang sangat berkah dan lebih baik dari seribu bulan, yang jika kita hitung maka nilainya sama dengan sekitar 83 tahun lebih 4 bulan. Sesungguhnya seseorang yang beribadah pada malam itu, maka sama baginya dengan beribadah selama 83 tahun 4 bulan lamanya pada malam atau hari-hari biasa.
Sebuah keutamaan yang sangat luar biasa, yang Allah anugerahkan kepada umat Muhammad yang berumur relatif pendek dibanding umat terdahulu. Bagi kita, kaum muslimin, mencari dan 'memburu' malam al-Qadar tersebut adalah sesuatu yang disunnahkan oleh Rasulullah.
Hal ini dicontohkan langsung oleh Rasulullah SAW, yang beliau sendiri sangat giat mencari malam tersebut dengan semakin banyak beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah, meramaikan malam, membangunkan keluarga dan mempererat sarungnya (tidak mendekati istri-istri beliau, untuk banyak beribadah).
Anjuran-anjuran beliau untuk mengisi malam al-Qadar tersebut dengan banyak ibadah terlihat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda, "Barang siapa yang beribadah pada malam al-Qadar karena iman dan mengharapkan keridhaan Allah, diampunilah dosa-dosanya yang terdahulu."
Secara ringkas, dapat disimpulkan beberapa amaliah menjaring dan 'memburu' malam lailatul qadar, malam seribu bulan adalah sebagai berikut:
Pertama,
Menghidupkan malam lailatul qadar adalah bukti keimanan seseorang. Dari Abu Hurairah, bersabda Nabi SAW, "Barang siapa menghidupkan malam lailatul qadar dengan iman dan mengharap ridha Allah, maka diampuni dosanya yang terdahulu." (HR Bukhari no.34)
Kedua,
Menggapai lailatul qadar hendaklah dalam keadaan berpuasa. Dari Abu Hurairah Nabi SAW bersabda, "Barang siapa menghidupkan malam lailatul qadar dengan iman dan mengharap ridha Allah, maka diampuni dosanya yang terdahulu, dan barang siapa berpuasa Ramadan dalam iman dan mengharap ridha Allah maka akan diampuni dosanya yang telah lalu." (HR Bukhari no. 1768)