Inilah Kisah Fatmawati dan Bung Karno di Bengkulu (27) - Ciuman Sayang dari Bung Karno
Inilah tempat tidur Bung Karno dan Ibu Inggit Ganarsih semasa tinggal di rumah Bung Karno di Anggut--
OLEH: AZMALIAR ZAROS
RADARBENGKULU - Tiga bulan setelah pertemuanya yang terakhir, Fatmawati mendapat kabar bahwa Bung Karno akan ke Jawa dan akan singgah di Bengkulu. Terbersitlah kegembiraan di lubuk hatinya mendengar Bung Karno dalam keadaan selamat sejahtera. Tibalah pertemuan kembali dengan Bung Karno.
Bung Karno membawa 2 ekor anjing yang berwarna tutul-tutul kuning dan hitam. Entah bagamana siasatnya, ia tak tahu dan sesudah dia kawinpun dia tak pernah menanyakan hal itu.
Bagaimana Bung Karno pada malam hari itu bisa datang ke rumah ayah sebelum menghilang 3 bulan yang lalu.
Kedatangan Bung Karno dari Padang disambut ayah dan ibunya dengan baik. Hari ketika itu sudah malam. Penerangan adalah lampu minyak tanah. Listrik tidak jalan lagi. Ia mendengar Bung Karno bertanya kepada ayah dan ibunya:
''Mana Fat, kok tidak kelihatan?''
''Dia di dalam kamar beristirahat,'' jawab orangtua Fatmawati.
Fatmawati tiduran. Ia tidak keluar karena segan. Mukanya menghadap ke dinding. Lalu Bung Karno masuk ke dalam kamar. ''Fat, aku datang untuk melihatmu. Dari Padang aku ke sini untuk melihatmu Fat, mengapa diam saja?''
BACA JUGA:Inilah Kisahnya Fatmawati dan Bung Karno di Bengkulu (26) - Fatmawati Bertugas dalam Suasana Perang
Ia tak bergerak. Ia diam seribu bahasa dan tak bisa mengeluarkan perkataan sedikit pun. Lalu Bung Karno datang mendekat dan mencium rambutnya. Setelah itu beliau keluar dari kamar.
Tidak lama antaranya kedengaran Bung Karno minta diri pada ayah dan ibu. Ketika Bung Karno mau berangkat ke Jawa.
Ia meninggalkan sepucuk surat yang ditujukan kepada Fatmawati. Isinya menyatakan kecewa sekali bahwa ia tidak dapat melihatnya dan karena dia tak mau menemuinya, walaupun melihatnya.
Nada surat itu agak menyesali. Dalam hati Fatmawati berkata, mengapa sampai begitu. Dikemudian hari, dia baru mengetahui dengan jelas tentang hari-hari gawat, masa pertukaran kekuasaan Belanda ke tanan Jepang, yang berakibat diboyongnya Bung Karno dari Bengkulu ke Padang.