Inilah Kisah Fatmawati dan Bung Karno di Bengkulu (27) - Ciuman Sayang dari Bung Karno
Inilah tempat tidur Bung Karno dan Ibu Inggit Ganarsih semasa tinggal di rumah Bung Karno di Anggut--
Pada malam Bung Karno akan dibawa Belanda ke Padang, sebelum Jepang masuk Bengkulu, Bung Karno ternyata hanya diperbolehkan pamit pada seorang pengurus Muhammadiyah , yaitu H.A Karim, seorang peranakan Tionghoa Bengkulu yang seumur hidupnya mengabdi pada agama.
Dan sejak Bung Karno dibuang ke Bengkulu menjadi sahabat akrab dari Bung Karno. H.A Karim inilah satu-satunya orang yang diizinkan dihubungi sebelum bertolak ke Padang. Dan kesempatan inilah rupanya yang digunakan Bung Karno sehingga bisa mampir sebentar ditempat Fatmawati untuk pamit ketika itu.
H.A Karim (Kami panggil babah) ini pulalah yang terlibat dalam persoalan ''pinangan'' dari pemuda putera Wedana yang terjadi di tahun 1939.
Kepada sang Babah inilah sang Wedana menyampaikan maksud puteranya ingin mempersunting ''Fatmawati'' disertai penjelasan bahwa ia (Wedana) sendiri tidak yakin bahwa pihak ''orangtua Fatmawati'' akan bersedia menerima pinangan, karena perbedaan aliran (mazhab).
BACA JUGA:Soekarno: Ayah, Ketahuilah Jika Fatmawati Tidak Kudapat dan Bestaat Sukarno Niet Meer
BACA JUGA:18 Guru Besar UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu
''Pak Hasan Din terkenal sebagai pendukung Muhammadiyah yang keras.''
Sang Babah kemudian menceritakan maksud Wedana itu kepada Bung Karno. Segera Bung Karno membawa sang Babah ke kamar tertutup dan disana mengeluarkan isi hatinya, sambil meminta dengan sangat agar permintaan Wedana jangan dilaksanakan, karena Bung Karno sendiri '' ingin menikahi Fatmawati.''(bersambung)