Inovasi PATEN untuk Pemenuhan Kebutuhan Daging dalam Negeri

Jumat 24 Nov 2023 - 21:42 WIB
Reporter : Admin
Editor : Admin

RADAR BENGKULU, MANNA - Berdasarkan laporan Bappenas, pemenuhan kebutuhan daging merah secara nasional masih sangat jauh dari target.

Dari 800 sampai dengan 900 ribu ton kebutuhan daging merah per tahun, Indonesia hanya mampu mensuplai secara mandiri dari para peternak sebesar 40%. Untuk itu inovasi sosialisasi dan desiminasi Inovasi Penumbuhan Kampung Ternak Intensif Terpadu bisa menjadi salah satu inovasi pemenuhan kebutuhan daging.

Kepala Bappeda Litbang Kabupaten Bengkulu Selatan, Fikri Aljauhari, S.STP, MM, mengatakan dari ketersediaan atau kemampuan  Indonesia menyediakan daging harus mengimpor daging merah dari beberapa negara tetangga seperti Australia, New Zealand, Selandia Baru, India bahkan dari beberapa negara di kawasan benua Eropa.

BACA JUGA:Dinas Pariwisata Monitoring Pelaku Usaha Jasa Pariwisata

"Oleh karena itu, upaya-upaya melalui inovasi di bidang peternakan sangat dibutuhkan agar kebutuhan daging di masyarakat bisa disuplai mandiri dari dalam negeri.Untuk  Paten Terpadu adalah inovasi yang kita rintis diBengkulu Selatan untuk mendongkrak produktivitas peternakan,"papar Fikri Jum'at(24/11).

Apalagi Bengkulu Selatan merupakan penghasil daging, karena hampir disetiap desa banyak yang memelihara sapi, untuk itu penting untuk merubah pola beternak konvensional di masyarakat, dari pola beternak liar menjadi pola beternak modern yang dikandangkan dengan intensif serta dengan dukungan teknologi peternakan.

BACA JUGA:Dinkes Bengkulu Selatan Jemput Ibu Hamil Menuju RTK

“Kami sampaikan kepada masyarakat tentang bagaimana cara beternak yang inovatif, walaupun dengan segala keterbatasan, kami berharap inovasi Paten Terpadu ini dapat dikenal dan diterapkan ke kelompok-kelompok peternak di Kabupaten Bengkulu Selatan,” ungkap Fikri.

Sekretaris Daerah Sukarni, S.P., M.Si  mengatakan bahwa Bengkulu Selatan sejatinya memiliki semua potensi di hampir semua sektor, pertanian, peternakan, perkebunan dan perikanan.

 

 

 

 

 

“Kalau kita bicara sektor peternakan, sudah sejak dulu masyarakat Bengkulu Selatan menjadikan sektor peternakan menjadi salah satu mata pencaharian mereka, walaupun pola beternaknya dilakukan secara konvensional atau beternak liar. Pola beternak seperti ini, sudah tidak relevan diterapkan di masa sekarang, bahkan yang seharusnya menjadi potensi, justru akan menimbulkan masalah baru apabila kita tidak mau merubah pola beternak kita” sampai Sukarni.

Kategori :