Mafindo Bengkulu Gelar “AI Warrior Camp”

Mafindo Bengkulu Gelar “AI Warrior Camp” --

Merawat Nalar Digital di Tengah Ledakan Teknologi Kecerdasan Buatan

RADAR BENGKULU – Di tengah derasnya arus informasi dan percepatan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Wilayah Bengkulu menghadirkan ruang belajar baru melalui kegiatan AI Warrior Camp yang digelar di Hotel Bengkulu. Mengusung tema “Belajar, Berinovasi, dan Bertanggung Jawab di Era Kecerdasan Artifisial,” acara ini menjadi momentum penting untuk menguatkan literasi digital, sekaligus menanamkan etika penggunaan AI di kalangan akademisi dan generasi muda.

Kegiatan yang diikuti 50 peserta dari berbagai kampus ini memadukan pelatihan teknis, diskusi etika, hingga praktik penggunaan dua teknologi AI terbaru yang kini banyak digunakan di dunia pendidikan: Gemini dan NotebookLM.

Ketua Mafindo Korwil Bengkulu, Dr. Gushevinalti, M.Si, menegaskan bahwa kehadiran AI tidak lagi sekadar tren, melainkan menjadi bagian penting dari ekosistem literasi digital nasional.

“AI telah menjadi bagian strategis dari literasi digital kita. Mahasiswa harus memahami bahwa AI bukan lagi pilihan, tetapi sudah menjadi skill masa depan,” ujarnya dalam sambutan pembukaan.

BACA JUGA:Ini Dia Nama-Nama Pemenang Lomba Bertutur Tingkat SD/MI Kabupaten Kaur

BACA JUGA:Hari Bhakti PU ke-80, BWS Sumatera VII Gelar Kegiatan Bersih Sungai dan Penanaman Pohon

Ia menekankan bahwa kemampuan mengolah teknologi—mulai dari riset, penyusunan referensi, hingga asistensi akademik—akan menjadi kompetensi kompetitif mahasiswa dalam dunia kerja yang semakin digital. Karena itu, pelatihan semacam ini tidak hanya relevan, tetapi mendesak.

Sebagai organisasi yang fokus pada pemberantasan hoaks dan disinformasi, Mafindo melihat AI sebagai alat bermanfaat, tetapi juga penuh risiko apabila dikelola tanpa pengetahuan dan etika. 

Di sinilah empat pilar literasi digital—kecakapan, budaya, keamanan, dan etika—menjadi kerangka yang memberi arah agar teknologi digunakan secara bertanggung jawab.

Rektor Universitas Bengkulu, Dr. Indra Cahyadinata, M.Si., turut membuka kegiatan dan memberikan pandangan penting mengenai transformasi pendidikan di era AI. 

Menurutnya, perguruan tinggi telah memasuki fase adopsi penuh teknologi kecerdasan buatan.

“Sekarang bukan lagi era coba-coba. Hampir semua mahasiswa telah menggunakan AI sebagai alat bantu. Tinggal bagaimana kita menggunakannya secara bijak,” ujarnya.

Indra menilai AI Warrior Camp hadir pada momentum yang tepat. Sebab, literasi digital telah menjadi bagian dari kurikulum perkuliahan. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan