Kisah Perjuangan Desa Binaan BSI Klaster Nilam Aceh Sampai Berhasil Ekspor

Selasa 22 Oct 2024 - 00:23 WIB
Reporter : tim redaksi
Editor : syariah m

radarbengkulu.bacakoran.co - Di tengah hamparan pegunungan Aceh Besar, tepatnya di Gampong Umong Seuribee, Kecamatan Lhoong, sebuah kisah inspiratif tengah terukir. Para petani nilam di desa ini telah berhasil mengubah nasib mereka, dari sekadar petani subsisten menjadi pengusaha minyak nilam yang mampu menembus pasar ekspor. Keberhasilan ini tak lepas dari program Desa Binaan BSI Klaster Nilam yang telah mengubah wajah perekonomian desa ini. 

M. Ali, 66 tahun seorang penerima manfaat sekaligus operator penyulingan minyak sentra, mengisahkan perjalanan transformasi desanya. "Kelompok tani kami dibentuk pada 23 Maret 2023," ujarnya. "Saat itu, harga minyak nilam hanya sekitar Rp 500.000 per kilogram. Kini, harganya sudah mencapai Rp 1.700.000 per kilogram."

 BACA JUGA:Titik Nol Pembangunan Peningkatan Rabat Beton sepanjang 152 meter di Desa Tebing Rambutan

BACA JUGA:Ini Solusi Mengatasi Siswa-Siswi Miskin Yang Tidak Tercover Oleh PIP

Perubahan ini bukan hanya soal harga, tetapi juga tentang jumlah petani yang terlibat. Ali menjelaskan, "Sebelum program ini hadir, hanya ada 3-5 petani yang benar-benar berkomitmen pada budidaya nilam. Sekarang, sudah ada 60 petani yang berhasil mengembangkan tanaman ini."

 

Secara keseluruhan, pendapatan rata-rata petani meningkat sebesar 26,4%. Dari yang sebelumnya hanya Rp 1.464.700, kini mencapai Rp 1.851.351 per bulan terhitung Juli 2024. “Dari program ini, petani ada yang sudah mampu membiayai anaknya kuliah dan membeli laptop dari hasil penjualan minyak nilam.”

 

Dukungan dan Kemitraan

 

Keberhasilan ini tak lepas dari dukungan berbagai pihak. Pada tanggal 14 Oktober 2024, desa ini menjadi tuan rumah acara besar yang dihadiri oleh berbagai lembaga penting, termasuk Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Duta Besar Swiss untuk Indonesia, dan berbagai lembaga keuangan.

 

"Melalui program ini, kami sangat terbantu dengan kemudahan akses permodalan," kata Ali. "Bantuan BSI untuk klaster nilam merupakan langkah nyata dalam mendukung usaha budidaya kami."

 

Meski demikian, tantangan tetap ada. Ali menjelaskan modal yang dibutuhkan untuk memulai budidaya nilam: Biaya operasional awal untuk ke lahan di pegunungan: Rp 500.000/orang; 2.500 bibit nilam; 3 gulung kawat duri untuk pagar beserta tiang kayunya; dan 2 ton pupuk kompos.

Kategori :