2. Budaya dan Tradisi
Beberapa praktik budaya atau tradisi di berbagai daerah di Indonesia mungkin melibatkan penyiksaan hewan. Misalnya, dalam beberapa festival atau perayaan, hewan mungkin diperlakukan dengan cara yang dianggap kejam. Hal ini dapat memperkuat norma sosial yang menormalkan kekerasan terhadap hewan.
3. Kurangnya Penegakan Hukum
BACA JUGA:Kucing Sebagai Hewan Terapi: Menyembuhkan dengan Kehadiran yang Menenangkan
BACA JUGA:Pahami, Ini Ciri Hewan yang Terkena Rabies, Serta Jenis Hewan yang Terjangkit Rabies
Meskipun Indonesia memiliki undang-undang yang mengatur perlindungan hewan, penegakannya seringkali lemah. Banyak kasus penyiksaan hewan tidak dilaporkan atau tidak ditindaklanjuti oleh pihak berwenang. Hal ini menciptakan impunitas bagi pelaku penyiksaan hewan dan mengurangi efek jera bagi mereka yang berpotensi melakukan kekerasan.
4. Pengaruh Media Sosial
Media sosial menjadi platform yang mudah diakses untuk berbagi berbagai konten, termasuk konten yang mengandung kekerasan terhadap hewan. Konten semacam ini sering kali viral dan menarik perhatian, yang justru mendorong lebih banyak orang untuk melakukan tindakan serupa demi popularitas atau hiburan.
5. Krisis Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial
Dalam beberapa kasus, krisis ekonomi dapat meningkatkan perilaku agresif terhadap hewan. Ketika individu mengalami stres dan ketidakstabilan ekonomi, mereka mungkin melampiaskan frustrasi mereka pada hewan. Selain itu, kurangnya akses terhadap sumber daya dan dukungan kesehatan mental juga dapat berkontribusi pada perilaku kekerasan.