RADAR BENGKULU, JAKARTA -- Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi mengusulkan kepada Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti untuk memberikan Anak pekerjaan rumah (PR) yang hanya bisa dikerjakan secara manual, tanpa menggunakan gadget.
Seperti dikutip dari laman DISWAY.ID, mengingat, ia mengkhawatirkan dampak buruk dari gadget yang saat ini dapat dirasakan orang tua.
"Kami sudah konsultasi dan juga silaturahmi dengan Mendikdasmen Prof Mukti, kami mengusulkan, 'Pak Menteri, bolehkah dari Kementerian kami mengusulkan anak-anak kita sekarang dalam melaksanakan PR-PR dan tugas-tugas sekolah tidak lagi melalui gadget, tapi berilah PR dan tugas anak-anak secara manual," ujar Arifah di Jakarta, 23 Desember 2024.
Ia juga menyebut, anak zaman sekarang menggunakan PR sebagai dalih untuk bisa bermain gadget. "Karena ketika kita minta anak-anak berhenti bermain gadget, alasannya mengerjakan tugas sekolah. Tugas sekolah bisa dikerjakan 30 menit, tapi pakai gadgetnya dari mulai sekolah sampai malam tidur," tandasnya.
BACA JUGA:Realisasi Belanja Negara di Bengkulu Hampir Mencapai Target
BACA JUGA:KPK Sebut Sekjen PDIP Hasto Kristianto Juga Tersangka Perintangan Penyidikan!
Lebih lanjut ia mengatakan, penggunaan gadget yang berlebihan ini juga membuat anak-anak kehilangan rasa cinta tanah air. "Saya melihat bahwa anak-anak kita semakin tidak mengerti tentang negeri sendiri, Indonesia. Saya tanya anak-anak tokoh idolanya siapa, (jawabannya) Korea, Jepang," lanjutnya.
Menurutnya, Indonesia memiliki banyak sekali tokoh pahlawan yang inspiratif. Seperti Soekarno, Bung Hatta, Cut Nyak Dien, hingga Dewi Sartika.
"Mereka sudah tidak lagi mengenal pahlawan-pahlawan kita."
Pola asuh dan penggunaan gadget yang tidak bijak ini, menurutnya, bisa memunculkan berbagai permasalahan. Seperti kekerasan. "Kekerasan terhadap perempuan, kekerasan terhadap anak, kekerasan yang dilakukan oleh anak. Salah satu penyebabnya adalah pola asuh dan penggunaan gadget yang tidak biijaksana," ungkapnya.
Bukan hanya anak, penggunaan gadget yang tidak bijak ini juga berlaku bagi orang tua yang terlalu sibuk bermain media sosial sehingga kurang memperhatikan kebutuhan anak.
Untuk itu, kami membuka hati, membuka pintu selebar-lebarnya dengan siapa pun yang berkenan untuk berkolaborasi di Ruang Bersama Indonesia.
"Kita tidak bisa melarang anak-anak kita hanya bermain gadget, berikan solusi untuk anak-anak kita. Maka di Ruang Bersama Indonesia ini, kami menyiapkan permainan tradisional yang berbasis kearifan lokal," lanjutnya.
BACA JUGA:Mendikdasmen Minta Maaf, Kenaikan Tunjangan Guru Tak Sesuai Ekspektasi
BACA JUGA:70 Anak Yatim Dhuafa Berwisata Sambil Belanja di Trans Studio dan Transmart Cibubur