Menurut pakarnya, Bibika diresmikan oleh Bupati Dadang Naser sebagai desa wisata kuliner. Saat ini, kampung ini hanya memiliki dua produsen Bibika yang legendaris, salah satunya adalah Bibika Ma Ana.
Menurutnya, ia dan istrinya telah memproduksi Bibika sejak tahun 2000-an dan terus berlanjut hingga sekarang.
Bibika buatan Ma Anah dibuat dengan metode tradisional, bahkan dengan munculnya kompor gas dan oven modern, dan sangat terkenal dengan cita rasanya yang otentik.
Menurut Ma Anah, bibika buatannya telah dibawa ke luar kota dan tersebar di luar pulau. “Bahkan sudah dibawa ke kantor Pemuda di Soreanoge.
Di luar kota, sudah dibawa ke Garut, Tasik, Cianjur, Bogor, Jakarta dan banyak tempat lain di luar Kalimantan,” ujar Ma Anah.
Pembuatan bibika cukup sulit dan dimulai dengan pemilihan bahan-bahan yang harus berkualitas tinggi.
Hanya gula Kawung asli yang digunakan untuk gula dan beras yang digiling langsung. Adonan dipanggang dalam kamado tradisional selama enam jam, memberikan rasa yang unik.
Hal ini membutuhkan tukang roti yang profesional dan terampil. Bibika biasanya disajikan pada acara-acara tertentu seperti perayaan Idul Fitri, pernikahan, Thanksgiving dan rapat kerja.