Lima Ciri Kecerdasan Rohani
H. Mahmuda, S. Ag, M.H.I (Penghulu Kecamatan Ratu Samban)-Ist-
Allah SWI berfirman yang artinya:
“…….. Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat." (Ibrahim: 7).
Jamaah Sidang Jumat yang berbahagia,
Keempat, yang merupakan ciri orang yang memiliki kecerdasan rohani adalah sabar atas segala musibah atau sesuatu yang tidak menyenangkan menimpa dirinya. Inilah yang tecermin dari hadits di atas. Kecerdasan dan kekuatan rohani membuat seorang Muslim tidak mudah berputus asa. Sesulit apa pun keadaan yang menimpa dirinya, dia tetap optimis akan hari esok yang lebih baik. Baginya, yang penting adalah berusaha seoptimal atau sebisa mungkin, dan bertawakal kepada Allah SWT atas hasil yang akan diberikan-Nya. Karena itu, dalam kehidupan ini kesabaran merupakan seuatu yang sangat penting bagi keberhasilan dan kebaikan hidup yang kita jalani.
Kelima, atau yang terakhir dari ciri orang yang memiliki rohani yang cerdas adalah memiliki rasa malu. Rasa malu bagi manusia merupakan sesuatu yang sangat penting. Malu yang dimaksud adalah malu bila melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Hal ini karena bila kita dan anggota masyarakat lainnya telah memiliki rasa malu seperti ini, maka tidak akan ada penyimpangan yang dilakukan. Oleh karena itu, sifat ini menjadi sesuatu yang sangat penting hingga ia menjadi salah satu cabang dari iman. Karenanya, keimanan seseorang perlu kita pertanyakan apabila pada dirinya tidak ada perasaan malu.
Rasulullah saw. bersabda yang artinya:
“Malu itu cabang dari iman” (HR Bukhari).
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Untuk meraih kecerdasan rohani, setiap Muslim harus menyehatkan hatinya. Hal ini karena kebaikan dan keburukan manusia berpusat pada hatinya.
Dalam satu hadits Rasulullah Saw bersabda yang artinya:
"Ingatlah, di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Apabila ia baik, baik pula anggota tubuh. Dan apabila dia buruk, buruk pula tubuh manusia. Ingatlah, segumpal daging itu adalah hati." (HR Bukhari dan Muslim).
Manakala hati manusia telah sehat, maka ia menjadi gemar dan senang terhadap segala bentuk kebaikan dan kebenaran, yang berarti gemar dan senang juga melakukannya. Demikian pula bila orang lain melakukan kebaikan dan kebenaran itu. Namun bila hati seseorang sakit, maka ia menjadi tidak suka pada nilai-nilai kebenaran yang datang dari Allah SWT, dan ia menjadi sangat menderita bila hal itu harus dilakukannya.
Demikian khutbah Jumat yang singkat pada hari ini. Semoga bermanfaat bagi kita sekalian. Amin.