Bekal Ketakwaan Dalam Menunaikan Ibadah Haji
Drs. H. Alwi Hasbullah--
Khatib : Drs. H. Alwi Hasbullah
Disampaikan di : Masjid Raya Baitul Izzah, Jalan Raya Pembangunan Kelurahan Padang Harapan Kecamatan Ratu Agung, Kota Bengkulu
Jamaah Jumat yang berbahagia
''(Musim) haji itu (pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi. Barang siapa mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, maka janganlah dia berkata jelek (rafas), berbuat maksiat dan bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji. Segala yang baik yang kamu kerjakan, Allah mengetahuinya. Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat.'' (QS. Al-Baqarah : 197).
Ibadah haji terdiri dari rangkaian ritual yang saling berkesinambungan satu sama lain. Pemahaman pesan ritual-ritual ibadah haji sangat dibutuhkan ketika mengerjakannya. Tanpa pemahaman yang baik dan mendalam, seseorang bisa terjebak dalam kelelahan fisik semata dan bahkan bisa terjebak dalam kemusyrikan ritual. Untuk menghindari itu, bekal ketakwaan mutlak diperlukan.
Salah satu dari bekaI ketakwaan ini adalah memahami simbol-simbol ibadah haji seperti dalam rukun haji dan wajib haji. Sebagai bahan renungan, mari kita resapi kisah berikut ini:
Alkisah dalam dialog menarik antara al-Syibli dan seorang tokoh sufi bernama ZainaI Abidin. Sepulang dari menunaikan ibadah haji, al-Syibli segera menemui Zainal Abidin, seorang sufi besar dari keluarga Rasulullah SAW.
Jamaah Jumat yang berbahagia
Dalam pertemuan itu, Zainal Abidin bertanya kepada al-Syibli secara bertubi-tubi. Setidaknya ada 8 pertanyaan yang disampaikan oleh Imam Zainal Abidin sebagai berikut :
1. Wahai Syibli ketika engkau sampai di miqat dimana engkau menanggalkan pakaian berjahit sebagai simbol keduniawian, apakah engkau berniat juga menanggalkan pakaian kemaksiatan dan berganti dengan pakaian ketakwaan ? Apakah saat itu saja engkau tanggalkan sifat riya dalam segala hal ? Apakah engkau juga menanggalkan sifat kemunafikan dan yang subhat ?
2. Ketika engkau berihram tanda engkau memulai kegiatan haji, apakah engkau bertekad mengharamkan atas dirirnu semua yang diharamkan Allah, lalu engkau mencari yang halal dan thayib ?
3. Ketika engkau menuju Kota Suci Makkah, apakah engkau berniat untuk berjalan menuju Allah karena di sana terdapat Baitullah ?
4. Ketika engkau memasuki Masjidil Haram, dimana manusia dari seluruh dunia datang, apakah engkau berniat untuk menghormati hak-hak orang lain dan tidak berucap apapun kecuali berzikir kepada Allah ?
5. Ketika engkau sa'i, apakah engkau merasa sedang menuju dan lari menuju Allah diantara cemas dan penuh harap, sebagaimana disimbolkan oleh Siti Hajar yang sedang mencari air demi kelangsungan hidup putranya, Ismail ?