Kemkomdigi Targetkan 75 Persen Jaringan Telekomunikasi Aceh Pulih Pekan Ini

Kemkomdigi Targetkan 75 Persen Jaringan Telekomunikasi Aceh Pulih Pekan Ini--

RADAR BENGKULU – Pemerintah menargetkan pemulihan 75 persen jaringan telekomunikasi di wilayah terdampak bencana di Aceh dapat tercapai dalam pekan ini. Target tersebut disampaikan Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) Nezar Patria saat memimpin rapat koordinasi pemulihan jaringan telekomunikasi terdampak bencana di Aceh bersama pemerintah operator seluler, BAKTI, BPBD di kantor Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio (Balmon) Kelas II Banda Aceh, Rabu (3/12/2025).

"Dalam krisis apa pun, ada dua hal yang paling penting dan strategis dalam penanganan bencana, yaitu jaringan logistik dan jaringan telekomunikasi. Jika salah satu terputus, maka akan mengganggu yang lain. Jika logistik putus, telekomunikasi terganggu karena terkait BBM genset. Kalau telekomunikasi putus, maka akan mengganggu akses, mobilisasi logistik, distribusi bantuan pokok, dan lain sebagainya," ujar Nezar Patria.

Wamen Nezar menjelaskan berdasarkan pembaruan data lapangan (3/12/2025), kondisi telekomunikasi di Aceh masih tertinggal dibandingkan Sumatra Utara yang telah mencapai sekitar 90 persen pemulihan jaringan. Dari total 3.414 Base Transceiver Station (BTS) di Aceh, 1.671 BTS atau sekitar 48,9 persen sudah kembali aktif. Aktivasi BTS masih sangat bergantung pada pasokan listrik dari PLN serta ketersediaan bahan bakar untuk mengoperasikan genset di lokasi terdampak. "Kalau listrik mati, angka BTS yang aktif akan turun lagi," tegasnya.

Sejalan dengan target pemulihan, PLN telah menyampaikan kepada pemerintah bahwa pemulihan pasokan listrik secara bertahap ditargetkan mulai Jumat (5/12/2025). Kementerian Komdigi kemudian menetapkan mandat agar sedikitnya 75 persen jaringan operator seluler dapat aktif dalam minggu berjalan. "Saya memberikan mandat agar 75 persen jaringan operator harus menyala,” kata Nezar Patria.

Koordinasi Terpadu Antarlembaga 

Dalam rapat tersebut, Wamenkomdigi juga menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor. Pemerintah membentuk grup komunikasi terpadu yang melibatkan Kemenkomdigi, operator seluler, TNI, dan BNPB untuk memastikan sinkronisasi langkah pemulihan jaringan, pembukaan akses jalan, serta mobilisasi logistik seperti pengiriman genset dan BBM.

Satu hal, Wamenkomdigi Nezar Patria mengungkapkan kondisi geografis menjadi tantangan utama pemulihan jaringan di Aceh, terutama menuju wilayah Bener Meriah. Akses dari Bireuen terputus akibat kerusakan Jembatan Juli, sehingga jalur darat baru dapat diupayakan melalui Aceh Utara (jalan KKA). 

Namun, pemanfaatan alat berat masih terkendala pasokan BBM. "Kami sudah berkoordinasi dengan Pertamina untuk mengirimkan bantuan BBM (solar dan bensin) sebanyak dua ton agar alat berat bisa bekerja menembus jalan. Jika tembus, ini akan memudahkan pemulihan jaringan telekomunikasi," jelas Nezar.

BACA JUGA:Walikota Dedy Wahyudi: Generasi Muda Harus Terus Berinovasi

BACA JUGA:Pemdes Rama Agung Tampung Aspirasi Lewat Musrenbangdes 2027

Kepala Balmon Aceh, Luthfi, menegaskan bahwa pemulihan telekomunikasi tidak hanya terkait menara BTS, tetapi juga jaringan tulang punggung atau backbone. "Dalam infrastruktur digital ada dua hal, yaitu BTS sebagai akses ke ponsel dan koneksi backbone. Apa pun yang terjadi, meski 100 persen BTS aktif, jika koneksi backbone putus kita tidak bisa berkomunikasi," ujarnya.

Dari sisi operator, Perwakilan Telkom Wilayah Aceh Arnika Syahputra melaporkan terdapat 19 Sentral Telepon Otomat (STO) yang terdampak banjir. Upaya pemulihan dilakukan bersama pemerintah daerah dan Basarnas untuk membersihkan serta menyedot genangan air. "Saat ini tinggal tiga lokasi lagi yang masih down. Kami berkolaborasi dengan Pemda dan Basarnas untuk pembersihan dan penyedotan air. 

Insyaallah besok semaksimal mungkin bisa up. Karena STO ini induk sentral, jika pulih maka beberapa layanan Telkomsel juga bisa ikut pulih," kata Arnika.

Oleh karena itu, Wamenkomdigi meminta seluruh operator seluler, BAKTI, dan pemangku kepentingan lainnya terus melaporkan progres pemulihan agar peta intervensi dapat diperbarui secara cepat dan tepat sasaran. "Jika Sumatra Utara sudah mencapai 90 persen, kita harus mengejar ketertinggalan. Paling tidak dalam dua sampai tiga hari ini kita upayakan kembali ke normal atau di atas 90 persen,"ujar Nezar.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan