Modernisasi Pertanian Bisa Picu Generasi Muda Turun Bertani

Modernisasi Pertanian Bisa Picu Generasi Muda Turun Bertani -Seno/RADAR BENGKULU-
RADAR BENGKULU, MUKOMUKO - Melihat potensi lahan persawahan yang dimiliki Kabupaten Mukomuko, khususnya di Kecamatan Lubuk Pinang, kedepan nampaknya perlu didorong modernisasi pertanian. Hal ini dikemukakan Koordinasi Penyuluh Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Lubuk Pinang, Trisno Putra, SP.
Menurutnya, modernisasi atau pemanfaatan teknologi pada tahapan budidaya pertanian, tidak hanya bisa meningkatkan produktivitas tapi juga dapat memicu generasi muda turun bertani.
"Sehingga kedepan, perlu terus kita dorong penerapan teknologi pada pertanian kita, lebih-lebih lagi tanaman padi. Mesin bajak untuk persiapan lahan, mesin tanam, perawatan hingga panen," kata Trisno kepada wartawan, kemarin.
Dikatakannya, meski sekarang sudah muncul petani milenial, akan tetapi jumlahnya belum terlampau banyak. Pelaku pertanian masih didominasi usia tua.
"Tidak dipungkiri, masih ada generasi muda beranggapan kalau petani itu kerjanya berat dan terkesan profesi kelas bawah. Itu karena proses pertanian di daerah kita masih banyak pola tradisional," ujarnya.
BACA JUGA:Sabet Medali 100 Persen, Double Kick Atlet Taekwondo Mukomuko Mengagumkan
BACA JUGA:Keras! Pendamping Desa Pertanyakan Pemeriksaan DD Tahun 2024: Ada Apa dengan Inspektorat?
Di Lubuk Pinang saja, lanjut Trisno, di lahan persawahan nyaris 1.000 hektar, teknologi yang baru digunakan yaitu hand traktor bada proses membajak lahan. Kemudian panen sudah mulai menggunakan alat mesin berupa combine harvester, tapi jumlah masih terbatas.
Sementara, untuk penanaman dan perawatan masih dilakukan secara manual sehingga banyak membutuhkan tenaga dan waktu.
"Kemungkinan hal itu yang menyebabkan profesi petani ini belum menjadi lirikan prioritas generasi muda. Bisa dikatakan masih menjadi alternatif pekerjaan," paparnya.
Trisno juga mengatakan, penerapan pola pertanian di Mukomuko yang masih semi modern masih menjadi kendala dalam efesiensi waktu. Meskipun penggunaan traktor cukup membantu, waktu yang dibutuhkan untuk proses penanaman tetap lama.
"Proses persiapan hingga penanaman bisa memakan waktu sekitar dua bulan. Karena sebagian besar masih dilakukan secara manual. Padahal, jika sistem pertanian sudah sepenuhnya mekanik, waktu yang dibutuhkan bisa dipangkas lebih efisien," ujarnya.
BACA JUGA:Jawaban Tegas Ketua DPRD Mukomuko Atas Tuntutan Aliansi Honorer R2 dan R3
BACA JUGA:3 Bahasa Daerah Mukomuko Bakal Jadi Muatan Lokal Sekolah