Dari Fatmawati hingga Ratu Samban: Menghidupkan Kembali Nilai Patriotisme di Bengkulu untuk Pembangunan
Dari Fatmawati hingga Ratu Samban: Menghidupkan Kembali Nilai Patriotisme di Bengkulu untuk Pembangunan Berkelanjutan-Poto ilustrasi-
Bengkulu memiliki jejak sejarah panjang dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Banyak sosok pahlawan dari provinsi ini yang mengorbankan diri melawan penjajah, melawan penindasan, serta menolak upaya perampasan identitas bangsa. Nama-nama seperti Ratu Samban dari Rejang dan Burniat dari Tanjung Terdana, Bengkulu Tengah.
Ratu Samban, adalah simbol perlawanan terhadap penindasan kolonial yang tidak kenal takut. Semangat juangnya melampaui batasan geografis dan waktu, menginspirasi generasi muda untuk mengangkat kembali semangat perjuangan demi mempertahankan nilai-nilai bangsa.
Kegigihan dan perjuangan Ratu Samban dalam mempertahankan tanah kelahirannya, serta kecintaannya yang mendalam terhadap Bengkulu, menjadikannya sosok yang layak untuk dikenang dan dihormati. Nama Ratu Samban tidak hanya sekadar bagian dari sejarah, tetapi juga simbol semangat juang yang harus terus hidup dalam ingatan kita. Mengabadikan nama Ratu Samban sebagai Simpang Lima Ratu Samban di Kota Bengkulu adalah bentuk penghormatan yang tepat atas kontribusinya terhadap daerah ini.
Sebagai masyarakat Bengkulu, kita wajib menjaga dan merawat nama ini agar tetap melekat dalam hati dan sanubari setiap generasi, sebagai warisan yang penuh makna.
Burniat, di sisi lain, juga dikenal sebagai pejuang yang tak kenal lelah dalam melawan penjajahan, seorang sosok yang membuktikan bahwa keberanian dan tekad bisa menjadi senjata paling ampuh dalam menghadapi imperialisme. Burniat tidak hanya sekadar tokoh dalam narasi sejarah, tetapi juga adalah pahlawan sejati yang melawan ketidakadilan dengan penuh keberanian.
Namun, tidak hanya pada masa sebelum kemerdekaan, Bengkulu juga melahirkan pahlawan-pahlawan di era pasca-kemerdekaan yang tak kalah penting. Pahlawan nasional seperti Ibu Agung Fatmawati dan Hazairin berperan besar dalam mempertahankan NKRI. Ibu Fatmawati, sebagai penjahit bendera pusaka, memberikan simbol bahwa perjuangan tak harus selalu berwujud angkat senjata; setiap tindakan yang memperkuat semangat nasionalisme adalah bentuk perjuangan yang nyata.
Hazairin, seorang intelektual yang disegani, berjuang melalui gagasan-gagasan yang mengangkat harkat dan martabat hukum di Indonesia. Melalui pemikiran kritis dan semangat intelektualnya, Hazairin menunjukkan bahwa kemerdekaan bukan akhir dari perjuangan, melainkan awal dari upaya menciptakan bangsa yang cerdas, mandiri, dan berdaulat.
Ajakan untuk menghayati kembali nilai-nilai yang diwariskan para pahlawan ini tidak sekadar untuk menghormati jasa mereka, tetapi juga menjadi landasan bagi pembangunan yang berkelanjutan di Provinsi Bengkulu. Rohidin menekankan bahwa nilai patriotisme dan intelektualisme tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari.