Dengan inovasi yang dikembangkan ini, manfaatnya tidak hanya terbatas pada aspek pendidikan semata, namun juga berpotensi memberikan dampak sosial dan ekonomi yang luas. Inovasi ini mampu meningkatkan motivasi belajar siswa dan memberikan pengalaman belajar yang bermakna.
“Dukungan media pembelajaran AR ini sejalan dengan program Merdeka Belajar yang diterapkan pada lebih dari 160 SMA dan 77 SMK di Provinsi Bengkulu. Kami berharap, media ini mampu menciptakan atmosfer belajar yang fleksibel dan interaktif,” ujarnya.
Di samping dampak sosial, inovasi ini juga memiliki potensi ekonomi sebagai solusi berlangganan dan lisensi yang dapat diperluas ke banyak institusi pendidikan. Dr. Masterjon menambahkan bahwa model bisnis yang akan diterapkan adalah kombinasi dari berlangganan gratis dan berbayar untuk fitur tambahan, yang memungkinkan institusi pendidikan memanfaatkan produk ini sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Dalam pengembangan prototipe ini, terdapat beberapa komponen utama yang mendukung kebijakan Merdeka Belajar (MB) di sekolah-sekolah. Konsep Merdeka Belajar menekankan pada kemandirian siswa untuk belajar sesuai dengan minat dan kemampuan mereka. Prototipe AR ini memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi materi secara mandiri. Teknologi yang dihadirkan tidak hanya membuat pembelajaran lebih engaging, tetapi juga memungkinkan adaptasi yang mudah terhadap berbagai gaya belajar siswa, baik itu visual, kinestetik, maupun auditori.
“Dengan prototipe ini, siswa yang memiliki gaya belajar berbeda dapat merasakan pembelajaran yang lebih personal dan efektif. Kami juga menemukan bahwa teknologi AR ini sangat membantu dalam mengembangkan keterampilan abad ke-21. Seperti keterampilan digital, kreativitas, pemecahan masalah, dan kolaborasi. Semua ini penting bagi kesiapan mereka menghadapi tantangan di masa depan,” ungkap Dr. Mesterjon.
BACA JUGA:TP PKK Provinsi Bengkulu, Supervisi Sekaligus Evaluasi di Desa Padang Jati Kabupaten Kaur
BACA JUGA:Pjs Bupati Bengkulu Utara akan Kunker ke Pulau Enggano
Ke depan, Universitas Dehasen Bengkulu bersama tim risetnya berencana melanjutkan pengembangan prototipe ini dengan beberapa tahap penting. Diantaranya, riset tambahan mengenai kebutuhan pembelajaran di sekolah, penyempurnaan aplikasi Quizizz dengan integrasi AR 3D, serta uji coba dan evaluasi yang lebih luas. Setelah prototipe ini selesai dikembangkan, produk akan diluncurkan secara resmi dan dipromosikan ke sekolah dan institusi pendidikan.
“Kami berkomitmen untuk terus melakukan pemeliharaan dan pengembangan lanjutan agar media ini bisa menjawab kebutuhan sekolah dan institusi pendidikan di era digital. Dengan dukungan inovasi ini, kami optimis bahwa program Merdeka Belajar di sekolah dan Kampus Mengajar di perguruan tinggi dapat terintegrasi dengan lebih baik,” tutur Dr. Mesterjon.
Sementara itu salah satu guru SMKN 3 Kota Bengkulu, Sri Yanto, menyampaikan rasa terima kasih karena sekolahnya dipilih sebagai lokasi validasi dalam penelitian ini. Menurutnya, kehadiran media pembelajaran platform Quizizz yang di kombinasikan dengan AR 3D memberi dampak signifikan dalam proses belajar mengajar.
“Kami sangat berterima kasih kepada tim peneliti dari Universitas Dehasen. Dengan adanya platform Quizizz, siswa kami kini bisa mengalami pembelajaran yang lebih bermakna, terutama untuk materi yang biasanya bersifat abstrak. Kini, mereka dapat melihatnya dalam bentuk visual yang nyata, meskipun masih berupa prototipe,” ujar Sri Yanto.
BACA JUGA:Pemprov Bengkulu Usulkan Kenaikan Kuota BBM Subsidi untuk Tahun 2025
BACA JUGA:Ini Kriterianya, 5.431 Sekolah Akan Terima Dana BOS Kinerja Sekolah Prestasi
Projek ini hadir sebagai upaya untuk menjawab tantangan dalam pembelajaran yang sebelumnya bersifat abstrak. Seperti konsep-konsep yang sulit divisualisasikan melalui metode tradisional. Melalui teknologi platform Quizizz AR 3D, siswa SMKN 3 Kota Bengkulu dapat berinteraksi dengan objek-objek tiga dimensi secara virtual, yang membantu mereka memahami materi pelajaran dengan lebih baik.
“Selama ini, beberapa mata pelajaran terasa berat bagi siswa karena harus memahami konsep-konsep yang sulit. Dengan teknologi ini, siswa kami merasa lebih mudah dan tertarik untuk belajar,” lanjut Sri Yanto.
Tidak hanya siswa yang merasakan manfaat, para guru pun terbantu dengan media pembelajaran ini. Guru dapat menyampaikan materi dengan cara yang lebih menarik dan mudah dipahami, sehingga pembelajaran menjadi lebih hidup dan interaktif.