Waspadai Lonjakan Inflasi Menjelang Natal dan Tahun Baru, Bengkulu Antisipasi Kenaikan Harga Pangan

Jumat 11 Oct 2024 - 21:16 WIB
Reporter : windi
Editor : Syariah m

RADAR BENGKULU — Meski inflasi Bengkulu dalam beberapa bulan terakhir menunjukkan tren penurunan, Pemerintah Daerah diingatkan untuk tetap waspada terhadap potensi lonjakan harga menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru.

Kondisi ini bisa memengaruhi harga pangan, yang cenderung fluktuatif dan sering kali mengalami kenaikan pada periode akhir tahun.

Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu, Ir. Win Rizal, ME, inflasi Bengkulu tercatat minus 0,28 persen (month-to-month) pada September 2024.

Penurunan ini dipicu oleh turunnya harga pada kelompok bahan pangan, yang turut mendorong deflasi di sejumlah komoditas. Namun, ia memperingatkan bahwa situasi ini belum tentu berlanjut hingga akhir tahun.

"Kita harus jaga harga, karena beras sudah mulai merangkak naik, dan bukan berarti komoditas lain yang saat ini turun, seperti cabai rawit, cabai merah, dan bawang, tidak akan naik. Jelang Natal dan Tahun Baru, harga-harga ini akan ikut bergerak naik," ujar Win Rizal.

BACA JUGA:Pemprov Bengkulu Meraih Indeks Pembangunan Statistik di Atas Rata-Rata Nasional

BACA JUGA:Pemprov Bengkulu Siap Tindaklanjuti Tuntutan Aksi Hari Tani

Periode akhir tahun kerap diwarnai kenaikan harga sejumlah komoditas pokok. Di samping bahan pangan, lonjakan harga pada sektor lain, seperti angkutan udara dan penyediaan jasa, juga menjadi pendorong utama inflasi. Win Rizal menegaskan bahwa tim pengendali inflasi daerah perlu bekerja ekstra untuk mengantisipasi kenaikan harga di sektor-sektor ini.

"Kenaikan harga pangan ini sering kali terjadi bersamaan dengan kenaikan tarif angkutan udara dan sektor jasa lainnya. Untuk itu, diperlukan langkah antisipasi dari tim pengendali inflasi daerah agar lonjakan inflasi bisa ditekan," jelasnya.

Ia menambahkan, kenaikan inflasi di akhir tahun tidak hanya dipengaruhi oleh faktor suplai dan permintaan, tetapi juga oleh faktor psikologis masyarakat.

Banyak masyarakat yang terdorong untuk berbelanja lebih dari kebutuhan mereka menjelang perayaan besar, seperti Natal dan Tahun Baru. Perilaku konsumtif ini bisa menjadi faktor pemicu lonjakan inflasi yang cukup signifikan.

BACA JUGA:Pemprov Bengkulu Sosialisasikan Pedoman Penyusunan APBD 2025, Efisiensi dan Transparansi Jadi Prioritas

BACA JUGA:BRIEF 2024 Gelaran Bank Indonesia dan Pemprov Sukses Datangkan Investor ke Provinsi Bengkulu

"Kadang inflasi itu bukan sekadar soal supply dan demand. Kebutuhan sebenarnya cukup, tetapi ketika Natal, masyarakat cenderung berbelanja lebih banyak dari biasanya. Jadi, ada faktor psikologis yang turut berperan," ungkapnya.

Guna mengendalikan kenaikan inflasi, Win Rizal menekankan perlunya edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai konsumsi yang bijak, terutama di masa-masa liburan akhir tahun. Dengan pemahaman yang lebih baik, diharapkan masyarakat dapat berbelanja sesuai kebutuhan tanpa berlebihan, sehingga harga-harga komoditas pokok dapat tetap stabil.

Kategori :