Pohon cemcem atau pohon kolnccing banyak tumbuh di Penglipuran dan dimanfaatkan sebagai kayu pagar atau pembatas tanah warga.
Untuk membuat rujak Kloncing, daun cemcem dihaluskan lalu dicampur dengan cabai dan air kelapa sehingga menghasilkan rujak instan.
Cara pembuatan rujak Kloncing pun tidak jauh berbeda dengan loloh cemcem masa kini.
Rujak Kloncing mulai semakin dikenal masyarakat luas melalui kegiatan rutin yang berlangsung di Taman Tugu Pahlawan Penglipuran.
Saat itu, warga setempat kerap menyajikan Rujak Kloncing kepada para tamu sebagai penyegar. Pelayanannya sangat sederhana, gunakan cangkir.
Dengan berkembangnya desa Penglipuran sebagai tujuan wisata, beberapa penduduk setempat mulai menjual minuman ini.
Awalnya kemasan yang digunakan berupa botol bekas yang sudah dicuci.
Namun seiring berjalannya waktu, masyarakat semakin kreatif menggunakan botol baru dan nama rujak Kloncing pun berubah menjadi loloh cemcem khas Penglipuran pada tahun 2000-an. dan terkadang penjualnya malah mengirimkannya ke luar Bali.