radarbengkulu.bacakoran.co - Salah satu adat istiadat budaya Dayak adalah mengkonsumsi minuman tradisional yakni Baram.
Meminum minuman tradisional Baram ini biasanya dilakukan ketika ada acara-acara khusus seperti pesta pernikahan, perayaan kebahagiaan, upacara keagamaan seperti upacara Tiwa dan upacara pemindahan tulang belulang anggota keluarga yang telah meninggal dunia, upacara Balian dan prosesi penyembuhan, upacara Mapalas dan upacara tolak bala serta membersihkan diri dari malapetaka.
Melansir dari laman RRI, Rika, yang biasa dipanggil Indang Inyong, mengatakan bahwa minuman ini tidak hanya menyegarkan dengan perpaduan rasa pedas dan manisnya, tetapi juga memiliki makna yang mendalam dalam budaya Dayak.
BACA JUGA:Menikmati Intip Ketan, Jajanan Tradisional Khas Kudus Yang Masih Populer, hingga Disukai Anak Muda
Pentingnya Baram dalam menjaga persaudaraan terlihat jelas, karena diyakini bahwa meminum minuman ini bersama-sama dapat memperkuat ikatan persaudaraan.
“Saya tidak membuat Baram ini sendiri, saya mempelajarinya dari orang tua saya, terutama ibu saya. Ini adalah persiapan saya untuk memulai bisnis ini', katanya.
Bahan-bahan untuk membuat Baram terbuat dari ragi, nila, enau dan beras ketan, yang merupakan bahan utama pembuatan tuak, tambah Rika.
Beras ditumbuk sangat halus dan dicampur dengan rempah-rempah seperti kayu manis, adas dan lengkuas untuk membuat adonan, yang kemudian dicampur dengan air untuk membentuk bulatan sebesar kepalan tangan.
Bahan-bahan yang berbentuk bola tersebut dikeringkan di bawah sinar matahari selama empat minggu.