Wabah Penyakit 'Ngorok' Ancam Ternak di Bengkulu Selatan dan Kaur, Puluhan Sapi Mati
Kandang-Ternak--
“Kami meminta peternak untuk berhati-hati dalam memindahkan ternak mereka, terutama dari daerah yang sudah ada kasus SE. Langkah ini diharapkan dapat membantu mengurangi penularan lebih lanjut dan meminimalisir jumlah korban,” imbuh Syarkawi.
Menurutnya, penyakit ini termasuk endemik di Bengkulu, yang kemunculannya dapat meningkat secara signifikan saat cuaca berubah drastis. Seiring dengan perubahan iklim, kondisi yang lembab menjadi salah satu faktor yang mendukung perkembangan bakteri Pasteurella multocida penyebab SE.
“Kemunculan wabah ini bisa jadi dipengaruhi oleh perubahan cuaca yang cukup ekstrem belakangan ini. Sejauh ini kami masih melakukan kajian lebih lanjut terkait pemicu utamanya, tetapi kondisi iklim memang diduga berperan besar dalam peningkatan kasus ini,” jelasnya.
Dampak Ekonomi Terasa bagi Peternak
Penyebaran penyakit ngorok ini berdampak langsung pada ekonomi para peternak. Ternak yang mati mendadak membuat para peternak kehilangan pendapatan signifikan. Kerugian material yang dirasakan tidak sedikit, terlebih jika mengingat bahwa ternak sapi dan kerbau merupakan sumber pendapatan utama bagi banyak peternak di Bengkulu Selatan dan Kaur.
“Kasus ini menjadi pukulan besar bagi peternak. Kami memahami betapa sulitnya mereka menghadapi situasi ini, apalagi di tengah kondisi ekonomi yang masih sulit setelah pandemi,” ungkap Syarkawi.
BACA JUGA:Calon Gubernur Rohidin Janji Terus Lanjutkan Program Pro Rakyat
BACA JUGA:Pasangan Dani Hamdani-Sukatno Terus Mendapat Dukungan dari Warga
Bagi peternak, kehilangan seekor sapi atau kerbau berarti kehilangan aset berharga yang tidak mudah diganti. Mengingat besarnya risiko dan dampak ekonomi yang ditimbulkan, Syarkawi berharap agar penanganan yang dilakukan oleh pihaknya dapat segera mengendalikan wabah ini.
Dalam jangka panjang, Syarkawi menegaskan bahwa pemerintah daerah berkomitmen untuk meningkatkan pengawasan kesehatan hewan di seluruh wilayah Bengkulu. Ia menyebutkan bahwa sistem monitoring kesehatan hewan ternak akan diperkuat untuk mendeteksi secara dini setiap potensi penyebaran penyakit, terutama penyakit menular seperti SE.
“Penguatan sistem monitoring sangat penting agar kejadian seperti ini bisa diantisipasi lebih awal. Kami akan terus meningkatkan pengawasan dan melakukan sosialisasi kepada peternak agar lebih waspada terhadap gejala penyakit ini,” pungkasnya.