Kisah Teladan Keluarga Nabi Ibrahim AS

Prof. Dr..H. Zubaedi M. AG M. Pd--

Khatib Idul Adha : Prof. Dr..H. Zubaedi M. AG M. Pd

Disampaikan di : Masjid Al-Busyro (Perumahan Taman Indah Permai - Sukarami, Kecamatan Selebar, Kota Bengkulu)

Hadirin Jamaah Idul Adha yang dimuliakan Allah,

Di pagi hari yang penuh barokah ini, kita berkumpul untuk melaksanakan shalat Idul Adha. Baru saja kita laksanakan rukuk dan sujud sebagai manifestasi perasaan taqwa kita kepada Allah SWT. Kita agungkan nama-Nya, kita gemakan takbir dan tahmid sebagai pernyataan dan pengakuan atas keagungan Allah. 

Hadirin Jamaah Idul Adha yang dimuliakan Allah,

Idul adha dikenal dengan sebutan Hari Raya Haji. Dimana kaum muslimin sedang menunaikan haji yang utama, yaitu wukuf di Arafah. Wukuf (bahasa Arab: wuquf). Secara bahasa, wukuf bisa bermakna ‘berhenti’. Sehingga, praktiknya ialah berupa menetapnya (berhenti) sejenak para jamaah haji di sebuah tempat bernama padang Arafah. 

Arafah sendiri berasal dari kata ‘arafa yang berarti ‘mengenal’. Ketika wukuf, para jamaah haji diperintahkan untuk memperbanyak zikir, muhasabah, dan ibadah lainnya. 

Ringkasnya, ritual wukuf ini bisa dimaknai sebagai satu aktivitas yang mengajarkan kita pentingnya sejenak berpikir dan mengenali diri sendiri, Rabb, dan segala sesuatu di sekeliling kita.

Sebuah pepatah masyhur berbunyi man ‘arafa nafsahu faqad ‘arafa rabbahu (Barangsiapa mengenai dirinya sendiri, maka ia akan mengenali Tuhannya). Bahkan Allah ‘Azza Wajalla juga menandaskan tujuan diciptakan keberagaman manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa ialah agar saling mengenal. (QS 49: 13). Artinya, mengenali konsep diri, lingkungan, dan Allah sebagai Al-Khaliq adalah penting dilakukan oleh seorang Muslim. 

Dengannya, kita tidak akan salah menempatkan diri dan bersikap lantaran kita telah paham konsep-konsep tersebut.

Disamping Idul Adha dinamakan hari raya haji, juga dinamakan Idul Kurban. Karena, merupakan hari raya yang menekankan pada arti berkurban. Kurban itu sendiri artinya dekat. Sehingga kurban ialah menyembelih hewan ternak untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, diberikan kepada fuqoro’ wal masaakiin. 

Masalah pengurbanan, dalam lembaran sejarah kita diingatkan pada beberapa peristiwa yang menimpa Nabiyullah Ibrahim AS beserta keluarganya Ismail dan Siti Hajar. 

Ketika Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah SWT untuk menempatkan istrinya Hajar bersama Nabi Ismail putranya, yang saat itu masih menyusu. Mereka ditempatkan disuatu lembah yang tandus, gersang, tidak tumbuh sebatang pohon pun. Lembah itu demikian sunyi dan sepi. Tidak ada penghuni seorangpun. Nabi Ibrahim sendiri tidak tahu, apa maksud sebenarnya dari wahyu Allah yang menyuruh menempatkan istri dan putranya yang masih bayi itu, ditempatkan di suatu tempat paling asing, di sebelah utara kurang lebih 1600 KM dari negaranya sendiri Palestina. 

Tapi baik Nabi Ibrahim, maupun istrinya Siti Hajar, menerima perintah itu dengan ikhlas dan penuh tawakkal.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan