Pengerukan Alur Tak Kunjung Selesai, Ekonomi Enggano Tercekik

Pengerukan Alur Tak Kunjung Selesai, Ekonomi Enggano Tercekik--
RADAR BENGKULU — Pelabuhan Pulau Baai yang selama ini menjadi nadi logistik dan transportasi laut Provinsi Bengkulu, kini berubah menjadi titik lemah yang menekan denyut ekonomi daerah. Proyek pengerukan alur pelabuhan yang tak kunjung tuntas menjadi pemicu utama. Padahal, keberadaan alur pelayaran ini vital bagi kelancaran ekspor, pengiriman logistik, dan akses ke pulau-pulau terluar seperti Enggano.
Kondisi ini membuat akademisi dan pelaku transportasi angkat suara. Mereka mendesak Pemerintah Provinsi Bengkulu tak tinggal diam dan segera mengevaluasi kinerja PT Pelindo Regional II Bengkulu selaku operator utama pelabuhan, sekaligus PT Rukindo sebagai pelaksana pengerukan.
“Lambatnya proses pengerukan ini menimbulkan kontraksi ekonomi yang nyata bagi Bengkulu,” kata Dr. Anzori Tawakal, M.Si, pakar ekonomi Universitas Dehasen (Unived) Bengkulu, kepada wartawan, Sabtu (21/6).
Menurut Anzori, kerugian tak hanya tercermin dari turunnya volume ekspor yang selama ini mengandalkan Pelabuhan Pulau Baai, tapi juga terganggunya arus barang dan mobilitas ke wilayah strategis seperti Pulau Enggano.
BACA JUGA:Pengerukan Alur Pelabuhan Pulau Baai Belum Maksimal, Ekonomi Enggano Terimbas
BACA JUGA:Dana Desa Bengkulu Baru Tersalurkan 35 Persen, Mukomuko Ngebut, Lebong Mandek Total
“Ekspor terganggu, distribusi logistik terhambat, dan ini tentu menurunkan daya saing ekonomi daerah kita. Ini bukan lagi masalah teknis, tapi sudah masuk ke urusan hajat hidup masyarakat.”
Anzori menyebut, Pemerintah Provinsi Bengkulu memiliki instrumen untuk melakukan evaluasi. Tidak cukup hanya menunggu laporan, Pemprov harus bersikap aktif.
“Kalau pengerukan ini terus-menerus molor tanpa transparansi, Pemprov wajib mengevaluasi. Bila perlu hasil evaluasi disampaikan ke pusat agar ada intervensi atau solusi dari Kementerian Perhubungan.”
Ia juga menyoroti lambatnya respons Pelindo dalam menyampaikan informasi ke publik. “Masyarakat butuh kejelasan. Kalau ada kendala teknis, sampaikan. Jangan ditutup-tutupi,” tambahnya.
BACA JUGA:Peluk Goni, Genggam Mimpi: Harapan Seorang Anak Pemulung
BACA JUGA:Tidak Dinafkahi dan Lakukan Pencemaran Nama Baik, Istri Sah Laporkan Suami Serta Istri Sirinya
Dampak paling terasa dari dangkalnya alur pelayaran di Pelabuhan Pulau Baai dirasakan oleh masyarakat Enggano. Kapal Motor Penumpang (KMP) Pulo Tello, satu-satunya transportasi laut reguler dari dan ke Enggano, terpaksa hanya bisa beroperasi satu kali dalam sepekan. Itu pun penuh risiko.
Kepala Supervisi Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) KMP Pulo Tello, Radmiadi, menceritakan betapa peliknya kondisi di lapangan.