Peluk Goni, Genggam Mimpi: Harapan Seorang Anak Pemulung

Universitas Islam Negeri Sumatera Utara -Ist-
radarbengkulu - Di sudut taman, di tengah tawa anak-anak yang sibuk mewarnai, mataku tertuju pada sosok kecil berbaju merah yang berdiri ragu.
Rambutnya ikal, kusut tak terurus, dan di pelukannya tergenggam erat sebuah goni lusuh—lebih besar dari tubuh mungilnya.
Ia seperti terkurung dalam dunia sendiri, jauh dari keriuhan warna dan canda.
Aku memperhatikannya cukup lama. Ia tidak mendekat, hanya memandangi anak-anak lain dengan mata sayu.
Langkah kecilku mendekatinya perlahan, mencoba menyapanya dengan senyum paling hangat yang bisa kuberikan.
“Hai, namamu siapa?” tanyaku pelan.
Gadis kecil itu mundur dua langkah. Genggamannya pada goni semakin kuat.
Ia terdiam sejenak, lalu menjawab lirih, “Fiona.”
Aku mengajaknya duduk bersama anak-anak lain, mewarnai atau membaca buku.
Tapi dia tidak langsung menjawab. Pandangannya berpaling ke arah seorang pria di kejauhan—tampak lelah, menggendong seorang balita dan membawa goni lain yang hampir penuh dengan botol plastik.
“Aku tanya Bapak dulu, ya, Kak,” katanya pelan.
Aku mengangguk dan mengikutinya dari belakang.
Ia berlari kecil menghampiri pria itu dan membisikkan sesuatu. Tak lama, mereka berjalan ke arahku.