Musim Kemarau, Petani Karet di Mukomuko Semakin Terhimpit

Getah karet-Antara--
RADAR BENGKULU, MUKOMUKO - Musim kemarau yang berkepanjangan kini menjadi tantangan berat bagi para petani karet di Kabupaten Mukomuko, lebih-lebih lagi di kecamatan Air Manjunto.
Sahad Abdullah, seorang petani karet yang telah lama berkecimpung dalam usaha ini, mengungkapkan bahwa kondisi cuaca yang kering menyebabkan produksi getah karet mereka semakin menurun.
"Saat kemarau ini, getah karet berkurang. Hal ini sangat mempengaruhi pendapatan kami," ujar Sahad dengan nada sedikit memelas saat memberikan keterangan, Kamis, 5 Juni 2025.
Lebih parahnya lagi, situasi ini diperburuk oleh penurunan harga jual getah karet di pasaran. Sebelumnya, petani bisa menjual getah karet dengan harga sekitar Rp 10 ribu per kilogram, namun kini harga tersebut merosot tajam menjadi Rp 8 ribu per kilogram.
BACA JUGA:Santri di Mukomuko Belum Disentuh MBG, Baru Dimintai Data
BACA JUGA:Acaman Pidana Pelaku Pembakaran Lahan, 10 Hari Pemadaman Lahan Gambut di SP7 Mukomuko Masih Berasap
Penurunan harga ini, kata Sahad jelas semakin membebani para petani karet yang sudah berjuang keras untuk mempertahankan usaha mereka di tengah kondisi cuaca yang tidak mendukung.
Ia mengungkapkan, sebelum kemarau ia bisa mendapat 15 kilogram per hari dari lahan miliknya seluas satu hektar. Namun sejak kemarau produksi getah paling banyak 10 kilogram.
"Waktu sebelum kemarau dapat 15 kilo. Harga sepuluh, kami bisa dapat 150 per hari dari neres karet. Sekarang penghasilan dari kebun karet gak sampai 100 ribu per hari," ungkapnya.
Sahad berharap pemerintah dan pihak terkait dapat memberikan perhatian lebih terhadap nasib petani karet seperti mereka, terutama di masa-masa sulit seperti ini.
"Kami berharap ada solusi yang bisa membantu kami bertahan dan meningkatkan harga, agar petani karet tidak semakin terhimpit," pungkasnya.