4 Bulan Berjalan Tahun 2025 Tercatat 55 Kasus HIV Ditemukan di Bengkulu

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, H. Moh. Redhwan Arif--
RADAR BENGKULU - Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bengkulu mencatat 55 kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) sepanjang tahun 2025. Dari jumlah tersebut, Kota Bengkulu menjadi penyumbang tertinggi dengan 35 kasus. Temuan ini memicu kekhawatiran mengingat penyebaran virus masih didominasi oleh perilaku berisiko seperti seks bebas dan penggunaan narkoba suntik.
Kepala Dinkes Provinsi Bengkulu, H. Moh. Redhwan Arif, melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Ruslian, menyatakan bahwa tren kasus HIV di wilayahnya perlu menjadi perhatian serius. “Dari total 55 kasus, 35 di antaranya terkonsentrasi di Kota Bengkulu. Ini menunjukkan penyebaran masih tinggi dan memerlukan intervensi masif,” ujar Ruslian, Jumat (18/4/2025).
Selain Kota Bengkulu, kasus HIV juga ditemukan di lima kabupaten lain. Kabupaten Rejang Lebong dan Lebong masing-masing melaporkan 5 kasus, disusul Bengkulu Selatan dan Kepahiang dengan 4 kasus, serta Bengkulu Utara (2 kasus). Sementara itu, empat kabupaten lain—Mukomuko, Bengkulu Tengah, Seluma, dan Kaur—belum melaporkan temuan baru hingga pekan ke-16 tahun ini.
Data ini diperoleh dari hasil pelacakan tim surveilans Dinkes yang melakukan pemeriksaan di fasilitas kesehatan (faskes) seluruh Bengkulu. Ruslian menekankan, pelaporan kasus bergantung pada kesigapan faskes dan kesadaran masyarakat melakukan tes.
BACA JUGA:Eks Kepala Cabang Bank Bengkulu Jadi Tersangka Korupsi Rp 6,7 Miliar
BACA JUGA:Walikota Dedy Wahyudi: Kaderisasi HMI di Bengkulu Berhasil Bentuk Jiwa Kepemimpinan
“Tidak menutup kemungkinan ada kasus yang belum terdata,” tambahnya.
Dinkes telah mengambil langkah antisipatif, termasuk pemberian obat Antiretroviral (ARV) kepada 44 dari 55 pasien terkonfirmasi. “Pengobatan dan edukasi terus dilakukan untuk menekan masa inkubasi dan risiko penularan,” jelas Ruslian.
Namun, tantangan utama justru datang dari stigma sosial. Banyak pengidap enggan berobat karena takut dikucilkan. “Kami berupaya meyakinkan masyarakat bahwa HIV bisa dikelola asal rutin minum obat dan menjalani pola hidup sehat,” ucapnya.
Upaya preventif juga digencarkan melalui sosialisasi di sekolah, kampus, dan komunitas rentan. Dinkes bekerja sama dengan LSM setempat untuk menyasar kelompok berisiko, seperti pekerja seks dan pengguna narkotika. “Kami mendorong penggunaan kondom dan jarum suntik steril,” kata Ruslian.
Dengan langkah komprehensif, Dinkes optimistis bisa menekan laju infeksi. “Target kami, tidak ada lagi kabupaten yang melaporkan kenaikan signifikan di akhir tahun,” pungkas Ruslian.