Suzuki Terapkan Konsep Sho-Sho-Kei-Tan-Bi, Lebih Ringan

Tidak hanya dalam upaya mengurangi dampak lingkungan dari industri otomotif, konsep Sho-Sho-Kei-Tan-Bi yang merupakan filosofi Suzuki diterapkan ke berbagai aspek termasuk pembuatan sebuah produk--
RADAR BENGKULU, JAKARTA - Tidak hanya dalam upaya mengurangi dampak lingkungan dari industri otomotif, konsep Sho-Sho-Kei-Tan-Bi yang merupakan filosofi Suzuki diterapkan ke berbagai aspek.
Seperti dikutip dari laman disway.id, mulai dari cara kerja, hingga dalam konsep pembuatan sebuah produk sehingga mampu menghasilkan kendaraan yang lebih ringan dan efisien. Prinsip ini menekankan pada pemanfaatan material yang lebih sedikit (Sho), ukuran yang lebih kecil (Sho), struktur yang ringan (Kei), dan efisiensi yang lebih baik (Tan-Bi).
Vice President PT Suzuki Indomobil Motor (PT SIM), Hoshino Masaharu mengungkapkan, salah satu aspek penting dalam pengurangan emisi karbon adalah tidak hanya melihat emisi saat kendaraan digunakan, tetapi juga selama proses produksinya.
“Sebenarnya, CO2 yang dihasilkan bukan hanya sementara mobil berjalan, tetapi juga saat barang diproduksi,” ungkap Masaharu saat jumpa media di ajang IIMS 2025 Kemayoran, Jakarta Utara Jumat 21 Februari 2025.
Karena itu, kata Masaharu, Suzuki berfokus pada pengurangan berat kendaraan sebagai solusi untuk menekan emisi secara menyeluruh. Ia menjelaskan, data yang disampaikan menunjukkan bahwa rata-rata bobot kendaraan Suzuki lebih ringan sekitar 200 kg dibandingkan dengan kendaraan dari produsen lain.
BACA JUGA:Suzuki Terus Tingkatkan Layanan untuk Kebutuhan Konsumen Indonesia
BACA JUGA:Tunas Daihatsu Bengkulu Berikan Promo Diskon Spesial di Sepanjang Februari
Masaharu menyebut, dengan pengurangan berat ini, konsumsi bahan bakar menjadi lebih efisien, yang berdampak pada penurunan emisi karbon. “Jika beratnya berkurang 200 kg, maka carbon yang dihasilkan saat mobil digunakan dapat berkurang 6 persen, sementara pada proses produksi bisa ditekan hingga 20 persen,” jelasnya.
Suzuki membandingkan bobot rata-rata kendaraan yang dijual di Jepang, India, dan Eropa, dan menemukan bahwa bobot mobil yang lebih ringan berkontribusi signifikan terhadap pengurangan emisi karbon. Sayangnya, data serupa untuk Indonesia tidak tersedia karena belum ada kewajiban transparansi mengenai berat kendaraan dari berbagai produsen otomotif di Tanah Air.
Ia juga menerangkan, Suzuki juga memperkenalkan konsep Cycle Angel, di mana konsep ini adalah pengurangan ukuran kendaraan berimplikasi pada berbagai aspek industri otomotif. “Ketika mobil menjadi kecil, rem juga menjadi kecil, perusahaan-perusahaan terkait juga bisa lebih kecil, dan penggunaan energinya menjadi lebih efisien,” jelasnya.
Disamping itu, konsumsi bahan bakar pun menjadi lebih hemat yang pada akhirnya membawa dampak positif bagi lingkungan. Namun, ada tantangan dalam penerapan konsep ini, terutama dari sisi preferensi pelanggan yang menginginkan kabin yang lebih luas.
BACA JUGA:Kurs Dollar Turun, Ini Tanggapan Bank Indonesia
BACA JUGA:Harga Emas Naik Tembus Segini
Suzuki juga berupaya menciptakan keseimbangan antara ukuran eksterior yang ringkas dengan interior yang lega. “Konsepnya seperti smartphone, bagaimana layarnya bisa besar, tetapi bezel-nya dibuat setipis mungkin,” ungkapnya.