"Komitmen SEVIMA untruk merevolusi pendidikan dengan teknologi digital, juga sejalan dengan keberagaman Indonesia. Terlebih tak sedikit kampus mitra SEVIMA yang berada di perbatasan Indonesia, seperti: 1) Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Nahdlatul Ulama (STISNU) di Aceh Besar, ujung barat Indonesia, 2) Politeknik Negeri Nusa Utara yang berlokasi di Sangihe, Maluku Utara, ujung utara Indonesia, 3) Sekolah Tinggi Katolik Santo Yakobus Merauke di Papua, ujung timur Indonesia, dan 4) Universitas Nusa Cendana, perguruan tinggi negeri di Kupang, Nusa Tenggara Timur, ujung selatan Indonesia," ungkap Halim.
Penghargaan ini menurut Halim, bukan sekadar apresiasi untuk SEVIMA, tetapi juga bentuk penghormatan atas dampak besar bagi dunia pendidikan di Indonesia.
“Penghargaan ini adalah kehormatan yang sangat berarti bagi saya dan seluruh tim SEVIMA. Penghargaan ini menjadi penyemangat bagi kami untuk terus berinovasi dan mengembangkan layanan yang semakin relevan bagi pendidikan tinggi di negeri ini,” kata Halim.
Halim menyadari bahwa digitalisasi kini sudah menjadi kebutuhan. Misinya adalah menjadikan SEVIMA sebagai mitra utama dalam membawa pendidikan Indonesia ke arah yang lebih maju.
"Teknologi bukan hanya alat bantu, tetapi juga sarana untuk mendemokratisasi akses, kualitas pendidikan, sekaligus menjadi kunci agar pendidikan tinggi di Indonesia dapat bersaing secara global. Saya berharap SEVIMA bisa terus menjadi mitra terbaik bagi kampus-kampus di Indonesia," ujar Halim.
Cerita Sugianto Halim dari kamar kos hingga panggung penghargaan jadi inspirasi nyata bahwa dengan tekad dan inovasi, mimpi besar dapat terwujud. SEVIMA tidak hanya membantu mengelola data akademik dan proses perkuliahan, tetapi juga menjadi katalis bagi masa depan pendidikan tinggi di Indonesia.