Sementara itu, menurut Fakhruddin ar-Razi dalam kitab Mafatihul Ghaib beliau menjelaskan bahwa kandungan utama dalam Surat Ibrahim ayat tujuh itu setidaknya ada tiga pelajaran yang dapat diambil. Pertama, pada hakikatnya syukur merupakan ungkapan rasa pengakuan diri atas nikmat dari yang Maha Pemberi, yaitu Allah SWT. Kedua, janji Allah untuk menambah kenikmatan bagi yang merasa bersyukur. Nikmat tersebut bisa berbentuk jasmani maupun rohani. Nikmat rohani ini jika benar-benar dirasakan maka akan mencapai maqam (derajat) tertinggi yakni cinta kepada-Nya. Sedang nikmat jasmani ialah ketika seseorang selalu menyibukan diri sebagai bentuk rasa syukur, maka semakin banyak nikmat yang ia peroleh.
BACA JUGA:Khutbah Jumat: Shalat Pembentukan Pribadi Muslim
BACA JUGA:Ujian Itu Untuk Orang Yang Beriman
Ketiga, sikap kufur akan nikmat bisa menyebabkan rasa tersiksa. Rasa tersiksa ini muncul karena ia tidak tahu (tertutup) akan nikmat Allah, sehingga ia juga tidak benar-benar mengetahui Allah. Katidaktahuan itulah yang menurut ar-Razi sebagai siksa yang besar.
Selain daripada itu, ada stresing secara khusus dan menarik dalam ayat ini yakni janji Allah SWT. Secara tegas Allah akan memberikan tambahan nikmat bagi hamba yang bersyukur. Namun, jika berbicara pada orang-orang yang kufur, Allah tidak langsung memberikan azab kepada mereka melainkan hanya mengingatkan bahwa azab-Nya sangatlah pedih. Ini merupakan bentuk kasih sayang-Nya karena Allah tidak secara langsung memberi azab kepada orang yang kufur.
Dengan demikian, Ayat ini menegaskan bahwa syukur menjadi kunci untuk mendapatkan lebih banyak nikmat dari Allah.
Selain itu, syukur juga berfungsi sebagai pengingat bagi kita untuk tidak terjerumus dalam sikap kufur atau ingkar terhadap nikmat yang telah diberikan.Ada data statistik menunjukkan bahwa orang yang rutin bersyukur cenderung memiliki kesehatan mental yang lebih baik.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Robert Emmons di Universitas California, Davis, menunjukkan bahwa individu yang mencatat setiap hal yang mereka syukuri setiap hari mengalami peningkatan kebahagiaan dan penurunan depresi. Hal ini menunjukkan bahwa syukur bukan hanya bermanfaat secara spiritual, tetapi juga memiliki dampak positif secara psikologis.
Hadirin Ma’asiral Muslimin Jamaah Jum’at Rakhimakumullah
Ada contoh atau peristiwa yang relevan yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, seorang individu yang mengalami kehilangan pekerjaan meskipun susah, akan tetapi tetap bersyukur atas pengalaman dan pelajaran yang didapatkan dari pekerjaan tersebut.
Sikap syukur ini tidak hanya membantu individu tersebut untuk tetap positif, tetapi juga membuka peluang baru yang lebih baik di masa depan.
Dalam konteks ini, syukur berfungsi sebagai penguat mental yang membantu seseorang untuk bangkit dari keterpurukan. Secara keseluruhan, makna syukur tidak hanya terbatas pada ucapan, tetapi mencakup sikap dan tindakan yang mencerminkan rasa terima kasih kepada Allah. Dengan memahami makna syukur secara mendalam, kita dapat lebih menghargai setiap nikmat yang diberikan dan berusaha untuk selalu bersyukur dalam setiap keadaan.
BACA JUGA:Tegetteh, Jajanan Tradisional Madura yang Terbuat dari Gula Pasir dan Kacang yang Manis
BACA JUGA:Empat Golongan Manusia yang Berada di Dunia
Dalam Hadis riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa tidak bersyukur kepada manusia, maka dia juga tidak bersyukur kepada Allah." (HR. Muslim).
Hadis ini menunjukkan bahwa syukur tidak hanya kepada Allah, tetapi juga kepada sesama manusia yang telah berkontribusi dalam kehidupan kita. Ini mengingatkan kita untuk tidak melupakan peran orang lain dalam setiap pencapaian yang kita raih. Hadis lain Rasulullah pun menjelaskan yang artinya: “Seorang mukmin itu sungguh menakjubkan, karena setiap perkaranya itu baik. Namun tidak akan terjadi seperti demikian kecuali pada mukmin sejati. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur dan itu baik baginya. Jika ia tertimpa kesusahan, ia bersabar dan itu baik baginya.” (HR. Muslim. no.7692).