Khatib : Dr. Ismail, M. Ag
Disampaikan di : Masjid Jami' Babussalam, Jalan P.Natadirja KM.8 Kelurahan Jalan Gedang, Kecamatan Gading Cempaka , Kota Bengkulu
Hadirin Ma’asiral Muslimin Jamaah Jumat Rakhimakumullah
Tidak ada ungkapan kata yang paling mulia untuk diaturkan pada kesempatan ini melainkan ungkapan rasa syukur kita kepada Allah SWT atas segala nikmat yang diberi, baik nikmat Islam, nikmat iman, nikmat kesehatan, nikmat kesempatan serta nikmat umur panjang selain pujian dan sanjungan kehadirat Allah, Tuhan Yang Maha Rahman terhadap segenap makhluk-Nya, Tuhan Yang Maha Rahim terhadap hamba-hamba yang beriman dan senantiasa beribadah kepada-Nya.
Shalawat dan salam kita aturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw, Nabi penegak kebenaran, penjunjung kejujuran, penyemai kelembutan dan pembawa panji-panji Islam hingga akhir zaman. Semoga di akhirat nanti kita mendapatkan syafa’at dari Rasulullah SAW, Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
Pada kesempatan ini, mengajak kita marilah dengan penuh keihlasan sama-sama meningkatkan keimanan dan ketaakwaan kita kepada Allah SWT. Karena, iman dan takwa inilah yang dapat mengantarkan kita menuju kebahagiaan di dunia dan di akhirat nanti. Melalui keimanan dan ketakwaan ini pula semoga dapat membentengi diri kita dari kemungkinan berbagai macam ujian dan cobaan hidup manusia.
BACA JUGA:Khutbah Jumat: Ciri-Ciri Orang Munafik Dalam Beribadah
BACA JUGA:Khutbah Jumat: Ciri-Ciri Orang Munafik Dalam Beribadah
Ditengah cobaan yang dihadapi oleh setiap manusia, akan selalu ada hal yang patut untuk disyukuri dari semua nikmat pemberian Allah SWT. Dalam kenyataannya masih banyak manusia yang merasa kesulitan hingga ia mengeluh. Sebenarnya, hal ini merupakan kewajaran bagi manusia, makhluk yang suka berkeluh kesah. Meskipun demikian Allah SWT telah menyerukan perintah kepada manusia untuk bersyukur.Syukur adalah ungkapan rasa terima kasih kepada Allah atas segala nikmat dan karunia yang diberikan.
Dalam bahasa Arab, syukur berasal dari kata "shakara" yang berarti mengakui dan menghargai. Syukur bukan sekadar ucapan, tetapi juga merupakan sikap hati yang tulus dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam konteks agama, syukur memiliki dimensi spiritual yang mendalam, dimana seorang hamba diharapkan tidak hanya mengakui nikmat Allah, tetapi juga menunjukkan kepatuhan dan ketaatan kepada-Nya
Dalam Al-Qur'an Allah berfirman yang artinya:
"Jika kamu bersyukur, niscaya Kami akan menambah (nikmat) kepadamu; tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS. Ibrahim: 7).
Prof. Dr. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah menjelaskan bahwa makna syukur yang dimaksud dalam penjelasan ayat ini mengandung makna antara lain ialah “menampakan”, dan ini berlawanan dengan kata kufur yang berarti “menutupi”. Sehingga, pada hakikatnya syukur ialah menampakan nikmat dengan menggunakannya dengan sebaik mungkin dan sesuai dengan kehendak Sang pemberi yakni Allah SWT. Lebih lanjut, beliau memaparkan bahwa munculnya sikap kufur seperti rasa tidak puas hanya menyisakan perasaan tersiksa bagi jiwanya sendiri. Sikap ini sia-sia belaka, karena sama sekali tidak berpengaruh pada kebesaran dan kekayaan Allah SWT.Sulaiman al-Bujairami menukil pendapat Qasim al-‘Abbadi, yang menyatakan bahwa ketika seorang hamba memanfaatkan semua anugrah Allah padanya dalam waktu bersamaan maka disebut Syakur (banyak bersyukur). Adapun seorang yang menfaatkannya dalam waktu yang berbeda-beda maka dinamai Syakir.
Hadirin Ma’asiral Muslimin Jamaah Jumat Rakhimakumullah