Tingkatan Orang Berpuasa Menurut Imam Ghazali

Sukran Jayadi--
Khatib : Sukran Jayadi, S.Sos.I, M.Pd.I
(Khatib adalah Ketua Pengurus Daerah Ikatan Penyuluh Agama Republik Indonesia (PD IPARI) Kota Bengkululu)
Disampaikan di : Masjid Besar Al-Amin, Jalan RE Martadinata Kelurahan Kandang Kecamatan Kampung Melayu Kota Bengkulu
Ma’asyiral muslimin jamaah Masjid Besar Al-Amin rahimakumullah.
Alhamdulillah wa syukurillah kita ucapkan kepada Allah SWT atas setiap nikmat dan rahmat-Nya yang telah dianugerakan kepada kita semua. Diantaranya adalah nikmat kesehatan dan kekuatan, sehingga kita hari ini Alhamdulillah telah memasuki Ramadhan ke 7 tahun 1446 H tepatnya 7 Maret 2025 M.
Shalawat beserta salam kepada Rasulullah SAW senantiasa kita sampaikan, sebagai bukti cintanya kita kepada Rasulullah SAW dan sekaligus sebagai bukti ketaatan kita akan perintah Allah SWT untuk bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW seperti yang dijelaskan dalam surat al-Ahzab ayat 56 yang artinya:
“Sungguh Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, shalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”
Ma’asyiral muslimin jamaah Masjid Besar Al-Amin rahimakumullah
Selaku khatib pada kesempatan ini mengajak para jamaah untuk senantiasa istiqomah dalam keimanan dan berusaha semaksimal mungkin untuk berupaya meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Karena, ketaqwaan itu adalah tujuan dan puncak ketaatan yang ingin dicapai seorang hambah dan juga sebagai tujuan ibadah puasa yang saat ini kita kerjakan. Dan yang terpenting adalah ketaqwaan sebagai bekal terbaik kita untuk kehidupan akhirat nantinya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Hasyr ayat 18 yan artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”.
Istilah puasa menurut Syeikh Al-Imam Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Qasim Asy-Syafi’i dalam kitabnya “Fathul Qarib” adalah menahan dari segala hal yang membatalkan puasa dengan niat tertentu pada seluruh atau tiap-tiap hari yang dapat dibuat berpuasa oleh orang-orang Islam yang sehat, dan suci dari haid dan nifas. Sedangkan dalam bahasa Arab istilah puasa disebut “as-Shiyaam” atau “as-Shaum” yang berarti “menahan”.
Hal ini sejalan dengan berfirman Allah dalam suarah al-Baqarah ayat 183: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepada kamu berpuasa seperti juga yang telah diwajibkan kepada umat sebelum kamu agar kamu menjadi orang yang bertakwa”. (QS al-Baqarah, 183).
Pelaksanaan puasa bukan hanya ibadah fisik, tetapi juga latihan spiritual untuk membersihkan hati dan menundukkan hawa nafsu. Imam Al-Ghazali dalam kitab “Ihya Ulumuddin dan Asrarus Shaum” menegaskan bahwa puasa bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, melainkan jalan menuju kesempurnaan rohani. Beliau mengutip hadis Rasulullah Saw yang menegaskan keutamaan puasa: “Sesungguhnya puasa adalah perisai. Maka pada hati seseorang di antara kalian berpuasa, janganlah ia berkata kotor dan janganlah ia bertengkar. Jika seseorang mencacinya atau mengajaknya berkelahi, hendaklah ia berkata: ‘aku sedang berpuasa’.” (HR Bukhari dan Muslim).
Ma’asyiral muslimin jamaah Masjid Besar Al-Amin yang berbahagia