Hidangan yang diberi nama cemprus ini kini menjadi bagian dari warisan budaya takbenda Indonesia yang mewakili Pendeuy.
Penyajian Cemprus ternyata cukup merepotkan. Kemudian Abah Onon, seorang perajin tanah di Desa Dangdeur, punya ide baru. Setiap sore, Abah Onon dan istrinya, Bi Acih, kerap menikmati teh hangat dengan bubuy sampeu dan gula aren cair.
Bi Acih bereksperimen dengan persediaan tepung beras dan gula merah yang melimpah yang dikirim oleh kakaknya dari Bungbulang.
Dia mencampur tepung beras dan gula merah dan menggulungnya menjadi bola-bola bundar.
Bersama putranya Ujang Jaja dan tetangganya Ujang Odo, Bi Acih menciptakan kue dengan bentuk lonjong dan kulit keriput.
Seiring berjalannya waktu, bentuk burayot diubah agar lebih menarik saat digantung.
Maka terciptalah burayot, jajanan tradisional yang selain enak, juga memiliki tampilan yang unik.