RADAR BENGKULU - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu mencatat terjadinya deflasi sebesar 0,18 persen pada bulan Agustus 2024 (m-to-m). Kepala BPS Provinsi Bengkulu, Ir. Win Rizal, ME, mengungkapkan, data ini dalam konferensi pers yang digelar di Kantor BPS Provinsi Bengkulu.
Sementara itu, inflasi tahunan (y-on-y) tercatat sebesar 2,34 persen, dan inflasi tahun kalender (y-to-d) sebesar 0,67 persen.
Angka-angka ini mencerminkan dinamika ekonomi Bengkulu yang berpotensi memberikan dampak signifikan pada kehidupan masyarakat dan kebijakan ekonomi daerah.
Win Rizal menjelaskan, komoditas utama penyumbang deflasi bulan Agustus berasal dari sektor pangan dan transportasi. Bawang merah, cabai merah, tomat, daging ayam ras, dan angkutan udara menjadi kontributor utama dengan andil masing-masing sebesar 0,12 persen, 0,11 persen, 0,03 persen, 0,02 persen, dan 0,02 persen.
BACA JUGA:Golkar Ajukan Empat Nama untuk Calon Ketua DPRD Provinsi Bengkulu ke DPP
BACA JUGA:41 Tahun Dedikasi Humuntal Pane Diakhiri dengan Haru di Bengkulu
Penurunan harga komoditas ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk peningkatan produksi di sentra pertanian dan turunnya permintaan konsumen pasca-hari raya Idul Adha yang berakhir pada awal Agustus.
“Kondisi ini menunjukkan bahwa sektor pangan, terutama sayuran dan daging ayam, sangat sensitif terhadap perubahan musim dan peristiwa tertentu. Ketika pasokan melimpah dan permintaan menurun, harga cenderung turun, yang kemudian berkontribusi pada deflasi,” ungkap Win Rizal.
Namun, inflasi tahunan yang tercatat sebesar 2,34 persen menunjukkan bahwa secara keseluruhan, harga barang dan jasa di Bengkulu masih mengalami kenaikan. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang utama inflasi tahunan dengan andil 1,36 persen. Beras, sebagai komoditas utama dalam kelompok ini, menyumbang inflasi sebesar 0,44 persen. Sementara Sigaret Kretek Mesin (SKM) memberikan kontribusi sebesar 0,27 persen.
Kenaikan harga beras, menurut Win Rizal, disebabkan oleh gangguan pasokan akibat cuaca ekstrem yang melanda beberapa wilayah sentra produksi di luar Bengkulu, sehingga berdampak pada harga beras di tingkat konsumen.
Selain itu, kenaikan cukai tembakau yang diberlakukan awal tahun ini juga turut mempengaruhi harga rokok, khususnya SKM.
BACA JUGA:Bayar PBB Mudah & Cepat, Bank Bengkulu Gandeng Alfamart & Indomaret di Seluruh Indonesia
“Ketahanan pangan menjadi isu krusial, terutama bagi daerah-daerah yang bergantung pada pasokan dari luar provinsi. Gangguan cuaca dan kebijakan nasional, seperti kenaikan cukai, dapat secara langsung mempengaruhi harga-harga di pasar lokal,” jelas Win Rizal.
Selain kelompok makanan, kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya juga memberikan andil inflasi sebesar 0,31 persen. Emas perhiasan, yang menjadi komoditas utama dalam kelompok ini, menyumbang inflasi sebesar 0,21 persen. Lonjakan harga emas di pasar internasional akibat ketidakpastian ekonomi global menjadi salah satu faktor pendorong kenaikan harga emas perhiasan di Bengkulu.