Khatib : H. Syahidin, Lc., MA.Hum
Disampaikan di : Masjid Besar Jami' Babussalam, Jalan Gedang, Kecamatan Gading Cempaka, Kota Bengkulu
Jamaah Jumat Rahimakumullah
Ketika kita menderita sakit gigi dan berlarut-larut, sudah berobat ke mantri atau dokter umum, tetapi belum pulih juga, tentu saja saat itu kita akan mencari alternatif yang lebih baik. Yakni dengan mendatangi dokter spesialis gigi.
Dengan harapan ada penanganan yang lebih dan segera pulih. Keyakinan itu muncul karena anggapan bahwa dokter spesialis lebih berilmu dalam bidang tersebut. Tanpa mengurangi rasa hormat pada para mantri dan dokter umum.
Kita rela dan pasrah manakala gigi kita diotak-atik oleh sang dokter spesialis. Lagi-lagi karena keyakinan kita bahwa ia memiliki ilmu lebih dalam bidangnya.
Di lain kesempatan, mungkin mobil atau motor baru kesayangan yang kita miliki rusak. Setelah berusaha untuk mengotak-atik sendiri, ternyata bukan malah membaik. Saat itu kita akan bersegera membawa kendaraan tersebut ke bengkel motor atau mobil, bukan bengkel sepeda. Bahkan mungkin kita akan memilih bengkel khusus yang spesialisasinya menangani merk kendaraan kita. Harapannya mobil atau motor kesayangan akan kembali baik dan normal.
BACA JUGA:2 Hal Yang Allah SWT Akan Mengangkat Derajat Kita
BACA JUGA:Memahami Rezeki dalam Pandangan Islam
Kita menerima untuk menjadi penonton setia, yang hanya menyaksikan kendaraan kesayangan kita dibongkar pasang sedemikian rupa. Lagi-lagi karena keyakinan kita bahwa para mekanik dan montir memiliki ilmu lebih dalam bidangnya.
Jamaah Jumat Rahimakumullah
Demikianlah sedikit ilustrasi tentang keyakinan dalam diri kita kepada orang lain yang kerap tumbuh karena ilmu yang mereka miliki. Fenomena ini secara umum tidaklah salah dalam pandangan Islam.
Namun, pernahkah kita berpikir, bahwa seluas apapun ilmu yang dimiliki pihak-pihak yang kita percayai itu, sejatinya amatlah terbatas. Yakni terbatas dalam bidang yang mereka tekuni saja.
Memang betul, dokter spesialis gigi amat ahli dalam menangani penyakit gigi. Tetapi yakinlah bahwa tentu ia akan kesulitan manakala dihadapkan dengan pasien patah tulang, kanker stadium tinggi misalnya.
Begitu pula mekanik kendaraan, ia akan angkat tangan manakala diminta menyervis kerusakan alat-alat elektronik sperti HP, kulkas dan yang semacam dengannya. Begitulah keterbatasan ilmu yang dimiliki manusia.