Memahami Rezeki dalam Pandangan Islam

Irham Hasymi.,Lc. M.Pd--

Khatib : Irham Hasymi.,Lc. M.Pd

Disampaikan di : Masjid Raya Baitul Izzah, Jalan Raya Pembangunan Kelurahan Padang Harapan Kecanatan Ratu Agung Kota Bengkulu

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Marilah kita semua memanjatkan puja, puji dan syukur kita kepada Allah Swt, Dzat yang Kaya Raya, selalu memberikan rezekinya kepada semua makhluknya, baik yang beriman maupun yang ingkar. Maka yang dapat kita haturkan kepada Allah adalah rasa syukur dan menerima atas pemberiannya.

Shalawat beserta salam tak lupa kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, Nabi yang dermawan, memiliki etos kerja yang tinggi dan selalu memperjuangkan hak-hak orang fakir dan miskin.

Pada kesempatan yang mulia ini, tidak bosan-bosannya khatib berpesan kepada seluruh jamaah dan khususnya kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT, yakni dengan senantiasa menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Para Jamaah yang dirahmati Allah Subhanahu waTa’ala

Rezeki merupakan sesuatu yang telah dijamin oleh Allah SWT. Dan Allah sendiri memberikan rezeki kepada makhluknya dengan berbagai cara, sebab atau wasilah. Karena Allah swt Maha Pemberi dan Maha Kaya. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah SWT dalam surat Ar-Rum ayat 40 yang artinya: ''Allah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki, lalu mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah diantara mereka yang kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu yang demikian itu? Maha Suci Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan.'' (QS Al-Isra: 40).

BACA JUGA:Derajat Manusia Sama, Iman dan Amal Saleh Pembedanya

BACA JUGA:Lima Tingkatan Balasan Amal Manusia

Menurut Prof Dr M Mutawali Asy Sya’rawi, melalui kitabnya “Ar-Rizqu”, rezeki itu adalah apa yang dapat dimanfaatkan manusia, apakah halal atau haram, baik atau buruk. Sebaliknya, semua yang tidak kita manfaatkan, meskipun kita memilikinya, bukan rezeki kita, akan tetapi rezeki orang lain.

Dalam hadis dari Abdullah bin Sikhir radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:''

Manusia selalu mengatakan, “Hartaku… hartaku…” padahal hakekat dari hartamu – wahai manusia – hanyalah apa yang kamu makan sampai habis, apa yang kami gunakan sampai rusak, dan apa yang kamu sedekahkan, sehingga tersisa di hari kiamat.''(HR. Ahmad 16305, Muslim 7609 dan yang lainnya).

Penting kita pahami berdasarkan hadits di atas, terkadang perlu kita bedakan antara hasil usaha dengan rezeki. Hasil yang didapatkan seseorang melalui kerjanya terkadang tidak menjadi rezekinya melainkan rezeki istri, anaknya atau selain mereka.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan