Sementara itu, menurut Sisri Mufti Aziz, warga Kota Bengkulu mengatakan, tradisi Bakar Gunung Api merupakan moment yang ditunggu-tunggu dirinya dan keluarga saat pulang kampung kumpul bersama.
" Ini moment langka setahun sekali. Bahan-bahan yang digunakan juga simpel dan mudah didapat. Kalau di Kota sudah sulit dijumpai," kata Mukti.
Tradisi Bakar Gunung Api, dilakukan setelah shalat isya.
Tempurung atau batok kelapa dirangkai dengan kayu menjulang tinggi.
Tampilan batok kelapa saat dibakar dapat menimbulkan kesan magis dan eksotis.
Pemandangan api yang membumbung tinggi pun akan tampak di setiap rumah.
Namun kini, seiring berjalannya waktu, tradisi ini semakin memudar dan hampir ditinggalkan
Kategori :