Khutbah Jumat: Penghambat Kesalehan Seorang Muslim
Sukran Jayadi, S.Sos.I, M.Pd.I-dok/RADAR BENGKULU-
Khatib : Sukran Jayadi, S.Sos.I, M.Pd.I
(Penyuluh Ahli Madya Kota Bengkulu, Ketua PD IPARI Kota Bengkulu dan Ketua
Pokjaluh Kota Bengkulu)
Disampaikan di : Masjid Besar Al-Amin, Jalan RE Martadinata Kelurahan Kandang Kecamatan Kampung Melayu Kota Bengkulu
Jamaah Shalat Jumat yang berbahagia,
Sebagai muslim, setiap kita pasti menginginkan menjadi orang yang saleh. Sebab, jangankan kita, Nabi-Nabi saja menginginkannya. Padahal, seorang Nabi tentu saja termasuk orang saleh. Hal ini karena, kesalehan akan membuat seseorang
bisa dimasukkan ke dalam surga.
Diantara Nabi yang meminta agar dimasukkan ke dalam kelompok orang yang saleh adalah Nabi Sulaiman AS. Ini sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT yang artinya :
"Maka dia tersenyum dengan tertawa Karena (mendengar) perkataan semut itu. dan dia berdoa: "Ya Tuhanku berilah Aku
ilham untuk tetap mensyukuri nikmatMu yang Telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah Aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh." (QS. An Naml : 19).
Namun, untuk menjadi saleh ada hambatan-hambatan yang menghadang. Sehingga setiap kita harus mewaspadainya, bahkan mengatasi agar jangan sampai sifat-sifat yang menjadi penghambat kesalehan ini ada pada diri kita masing-masing.
BACA JUGA:Khutbah Jumat: Memakmurkan Masjid dan Hikmahnya
BACA JUGA:Khutbah Jumat: Tanda-Tanda Orang Menderita
Ali bin Abi Thalib yang sering disebut sebagai pintu ilmu dan gudang ilmunya oleh Rasulullah SAW, mengemukakan adanya sifat-sifat yang menjadi hambatan untuk menjadi saleh. Beliau berkata seperti yang dikutip oleh Imam Nawawi Al Bantani dalam kitabnya Nashaihul Ibad, yang artinya: “Jika tidak ada lima sifat tercela, niscaya manusia seluruhnya akan menjadi orang saleh. Kelima sifat tercela itu adalah: merasa senang dengan kebodohan, rakus terhadap harta keduniaan, bakhil dengan kelebihan harta yang dimiliki, riya dalam setiap amal yang dilakukan dan senantiasa membanggakan pendapat sendiri.”