Bersyukur Datangnya Ramadhan Suci dengan Penguatan Tradisi
Idwal B. MA--
Tentu saja pada dasarnya, perintah ini dirasa berat sebab berlawanan dengan kebutuhan manusia, namun atas keberkahan para ulama tadi menjadikan rasa berat tersebut menjadi sirna.
Bahkan, sebagaimana terlihat dalam pekan ini, antusias masyarakat kita begitu membara dalam menyambut bulan Ramadhan.
Dengan kata lain, mereka bersyukur dapat berjumpa dengan bulan Ramadhan dan siap mengerjakan ketentuan yang sudah ditetapkan syariat selama di bulan ini.
Bersyukur semacam ini pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad dalam sebuah hadits riwayat Imam Tirmidzi yang menceritakan ketika Siti Aisyah mengomentari shalat malam yang dilakukan Nabi dengan cukup lama sehingga membuat kaki beliau bengkak. “Bukankah dosa-dosa Anda, baik yang lama maupun yang akan datang, sudah diampuni ?”, tanya siti Aisyah.
Nabi pun merespon komentar istri tercintanya itu dengan sabdanya yang artinya: “Apakah saya tidak boleh menjadi hamba bersyukur ?”
BACA JUGA:Khutbah Jum'at: Memaknai Keberkahan Bulan Rajab
BACA JUGA:Khutbah Jum'at, Keutamaan Lapang Dada
Syekh al-Mubarakfuri dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi mengatakan, justru itu sebagai bentuk syukur Nabi Muhammad SAW atas segala ampunan dan berbagai macam anugerah yang diberikan kepada beliau.
Cara syukur bagi Nabi Muhammad tidak cukup hanya sekadar mengucapkan hamdalah, melainkan dengan berlama-lama melaksanakan ibadah, khususnya shalat selaku ibadah paling romantis dengan Dzat yang disembah.
Cara bersyukur Nabi Muhammad SAW ini sebenarnya sudah ada pedomannya dalam al-Qur'an. Pada ayat 7 surat Ibrahim disebutkan yang artinya : “Dan (ingatlah) ketika tuhan kalian memaklumatkan: ‘niscaya jika kalian bersyukur maka sungguh akan saya tambah (anugerah) kepada kalian, dan jika kalian mengingkari (atas anugerah-Ku) sesungguhnya siksaan-Ku sangat pedih.”
Nikmat dan anugerah yang sangat besar yang diterima Nabi Muhammad SAW membuat beliau merasa kurang adil bila cara bersyukurnya hanya dengan mengucapkan hamdalah saja. Meskipun kalimat itu dibaca berulang kali tetap saja nilainya akan berbeda jika dibandingkan dengan cara bersyukur Nabi tadi, yaitu memperlama shalat Tahajjud hingga kakinya bengkak.
Hadirin shalat Jumat yang dirahmati Allah SWT
Sudah sepatutnya kita meningkatkan cara bersyukur kita atas anugerah iman, Islam, kesehatan, kelapangan, kesejahteraan dan berbagai macam lainnya yang membuat kita dapat beribadah dengan tenang dan khusyuk, termasuk ibadah-ibadah khusus pada bulan Ramadan yang akan kita lakukan nanti.
Cara bersyukur di sini sebagaimana yang sudah terlihat dalam ragam tradisi-tradisi masyarakat kita. Kegembiraan dan kesenangan mereka saat hendak bertemu dengan bulan Ramadhan diekspresikan dengan tradisi-tradisi tadi sebagai bentuk syukur atas anugerah tersebut.