Penyuluhan Baru dengan Metode Diferensiasi Berbasis YouTube pada Siswa Inklusi Bengkulu Tengah

Penyuluhan Baru dengan Metode Diferensiasi Berbasis YouTube pada Siswa Inklusi Bengkulu Tengah--
Oleh : Suripah, S.Kom.I (Penyuluh Agama Islam KUA Kec. Talang Empat Kab. Bengkulu Tengah)
RADAR BENGKULU- Dalam dunia pendidikan, siswa inklusi atau siswa berkebutuhan khusus memerlukan pendekatan yang berbeda agar mereka dapat memahami materi dengan lebih baik. Penyuluhan keagamaan bagi mereka sering kali menghadapi tantangan tersendiri karena perbedaan kemampuan dalam menerima informasi. Oleh karena itu, metode diferensiasi menjadi penting untuk memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan pengalaman belajar yang sesuai dengan kebutuhannya.
Metode diferensiasi dalam penyuluhan keagamaan berarti menyesuaikan cara penyampaian materi agar bisa diterima oleh berbagai jenis kemampuan siswa. Setiap anak memiliki cara belajar yang berbeda. Ada yang lebih mudah memahami melalui visual, ada yang lebih peka terhadap suara, dan ada yang membutuhkan pendekatan praktik langsung. Dengan menerapkan metode ini, materi keagamaan dapat disampaikan secara lebih inklusif dan efektif.
Salah satu media yang dapat dimanfaatkan dalam penyuluhan berbasis diferensiasi adalah YouTube. Platform ini menyediakan berbagai konten visual dan audio yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan siswa inklusi. Video yang interaktif, animasi yang menarik, serta penjelasan yang sederhana dapat membantu siswa memahami ajaran agama dengan cara yang lebih mudah dan menyenangkan.
BACA JUGA:Mengurai Badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
Pemanfaatan YouTube dalam penyuluhan keagamaan juga memungkinkan siswa belajar secara mandiri sesuai dengan kecepatan mereka masing-masing. Mereka dapat mengulang video sebanyak yang diperlukan hingga benar-benar memahami isi materi. Selain itu, adanya fitur teks dan audio yang dapat disesuaikan juga membantu siswa dengan kebutuhan khusus. Seperti mereka yang memiliki gangguan pendengaran atau kesulitan dalam membaca.
Selain keunggulan dalam fleksibilitas belajar, metode ini juga memberi kesempatan bagi para pendidik dan penyuluh untuk berinovasi dalam menyajikan materi. Mereka dapat membuat video dengan berbagai pendekatan. Seperti cerita bergambar, simulasi kehidupan sehari-hari, atau bahkan diskusi interaktif yang melibatkan siswa secara langsung. Dengan cara ini, pembelajaran agama tidak lagi terasa kaku dan membosankan.
Keberadaan konten-konten keagamaan yang sesuai dengan kebutuhan siswa inklusi juga dapat memperkuat nilai-nilai spiritual mereka dalam kehidupan sehari-hari. Ketika materi disampaikan dengan cara yang mudah dipahami, siswa akan lebih tertarik dan termotivasi untuk menerapkannya dalam keseharian mereka. Dengan demikian, ajaran agama bukan hanya menjadi teori, tetapi juga menjadi bagian dari perilaku dan kebiasaan mereka.
Tantangan dalam menerapkan metode diferensiasi berbasis YouTube tentu tetap ada. Tidak semua siswa memiliki akses yang sama terhadap perangkat teknologi dan internet. Oleh karena itu, peran pendidik dan orang tua sangat penting dalam memastikan bahwa anak-anak mendapatkan fasilitas yang mereka butuhkan untuk mengakses materi pembelajaran ini.
Penting juga untuk memastikan bahwa konten yang disajikan memiliki kualitas yang baik dan sesuai dengan ajaran agama. Penyuluh dan pendidik harus selektif dalam memilih atau membuat video agar nilai-nilai yang diajarkan tetap sejalan dengan prinsip-prinsip keagamaan yang benar.
BACA JUGA:PKM UMB-DRTPM Kemendikbudristek Bagi Petani Cabe Merah Kecamatan Kabawetan Kepahiang
Dengan demikian, siswa tidak hanya mendapatkan hiburan, tetapi juga memperoleh pemahaman yang mendalam tentang ajaran agama.