Aborsi dan Penderita Hyperemesis Gravidarum, Inilah Hubungannya
Aborsi dan Penderita Hyperemesis Gravidarum, Inilah Hubungannya-Poto ilustrasi-
Radarbengkulu.bacakoran.co - Dilansir dari laman alodokter.com, mual muntah saat hamil seringnya merupakan hal yang wajar.
Akan tetapi, jika mual dan muntah ini terjadi dengan intensitas yang sangat masif, apalagi hingga membuat dehidrasi, berat badan turun, dan berisiko mengganggu perkembangan janin dalam kandungan, tentu hal ini tidak bisa lagi dianggap wajar.
Kondisi terakhir ini yang disebut dengan hyperemesis gravidarum.
Menurut para ahli, hyperemesis gravidarum terjadi karena hormon beta hCG dan estrogen yang meningkat drastis, utamanya di trimester awal kehamilan.
Akibat kondisi ini, banyak ibu mengalami stres, hingga muncullah halusinasi bahkan keinginan untuk mengakhiri kehamilannya atau bunuh diri.
Sebaliknya, stres ini bisa juga menjadi salah satu faktor yang memperparah mual muntah saat hamil. Jadi, hal ini bagaikan buah simalakama.
BACA JUGA:ASN Pemprov Bengkulu Cukup Untuk Mengisi Tenaga Administrasi, Tidak Perlu Lagi Angkat Honorer
BACA JUGA:Dizinkan Buang Limbah Pasir ke Darat, Pengerukan Alur Masuk Pelabuhan Pulau Baai Segera Dilakukan
Tentu, tidak selalu kondisi yang istrimu alami muncul karena hyperemesis gravidarum. Bisa jadi juga, pada dasarnya istrimu memang bermasalah dengan suatu gangguan kejiwaan, misalnya depresi, gangguan stres pasca trauma, gangguan kepribadian, skizofrenia, dan sebagainya. Selain itu, mual muntah saat hamil pun bisa juga diperparah oleh gangguan organik, misalnya GERD, gastritis, obstruksi usus, radang usus, sindroma iritasi usus, batu atau radang empedu, pankreatitis, migrain, dan sebagainya.
Tidak selalu kondisi seperti yang istrimu alami bisa diselesaikan dengan aborsi. Sebagaimana dipahami, aborsi hanya diperbolehkan jika memang ada indikasi medis tepat yang mendasarinya. Jika tidak, maka pelaku maupun orang yang memfasilitasinya bisa terancam hukuman pidana yang tidak ringan.
Saran kami, jika kondisi istrimu sudah ditangani dokter namun belum membaik juga, cobalah dampingi ia periksa kembali kedokter kandungan terdekat. Bila dirasa perlu, dokter mungkin akan berkoordinasi dengan psikiater atau dokter penyakit dalam guna memberinya penanganan terbaik. Pemeriksaan darah, urin, USG, atau tes penunjang lain bisa juga dilakukan nantinya.
Sementara ini, yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kondisi istrimu yakni :