RBI, BENTENG – Kajian risiko bencana yang berbasis masyarakat akan meningkatkan kesadaran serta kewaspadaan masyarakat, menyiapkan masyarakat. Baik secara fisik maupun psikologis terhadap kemungkinan bencana alam.
Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Benteng melalui kegiatan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat daerah rawan bencana, adalah bentuk usaha dalam rangka memitigasi bencana, terutama pada daerah dengan tingkat kerawanan bencana tinggi.
"Kabupaten Benteng, daerah dengan 11 Kecamatan dan 142 desa 1 kelurahan secara geogerafis merupakan daerah dengan penduduk yang hidup di pegunungan dan pesisir pantai dan daerah pinggir sungai,merupakan daerah dengan tingkat resiko tinggi bencana alam. Seperti tanah longsor, tanah ambles, gempa bumi dan banjir," terang Kepala BPBD Benteng Samsul Bahri.
Dijelaskan, kegiatan edukasi bencana kepada masyarakat setempat merupakan langkah awal kajian ancaman atau potensi bencana alam yang ada disekitar masyarakat. Baik dari jenis, tingkat risiko, frekwensinya waktu dan lamanya, wilayah yang terkena, serta perkembangan dan bahaya ikutannya.
BACA JUGA:Dinas Pariwisata Monitoring Pelaku Usaha Jasa Pariwisata
Tujuannya adalah agar masyarakat paham dan mengerti faktor- faktor yang memicu terjadinya bencana, untuk selanjutnya mereka dapat melunakkannya agar jika bencana terjadi masyarakat dapat meminimalisir korban jiwa maupun kerugian materi.
"BPBD hampir tiap tahun melakukan kegiatan edukasi dan sosialisasi penanggulangan bencana, baik kepada pihak sekolah dan masyarakat," jelasnya.
BACA JUGA:Seluma Raih Penghargaan Peduli Lingkungan Pesisir Terbaik
Menurutnya, perlu dipahami bahwa pembangunan desa itu bukan hanya sebatas pada fisik saja, seperti pembangunan jalan dan sarana umum. Namun, pembangunan kwalitas manusia melalui pendidikan juga perlu ditingkatkan. Bahkan penting. Terlebih pengetahuan masyarakat terkait lingkungannya. Apalagi daerah dengan rawan bencana. (**)