Khatib : Ustadz Ilham Syukri
Dari : Masjid Raya Baitul Izzah, Jalan Raya Pembangunan Kelurahan Padang Harapan Kecamatan Ratu Agung Kota Bengkulu
Jamaah Salat Jumat Rahimakumullah…
Usaha Memahami tafsir ayat 52 surah An-nur
yang artinya:
''Siapa yang mampu bersikap patuh dan setia hidup di jalan Allah swt yang di bawa oleh Rasulullah saw, dibuktikan dengan keta’atan totalitas, dipelihara dengan rasa takut dan dibina dengan prestasi taqwa maka itulah kemenangan abadi.'' [Annur ayat: 52].
Setiap manusia yang berakal sehat pasti bekerja keras untuk menggapai kemenangan sejati, namun banyak yang belum mengetahui apa maksud kemenangan sejati itu dan bagaimana pula proses meraihnya. Mari kita simak khutbah singkat ini dengan landasan kalam mulia Allah Swt ayat 52 Surah Annur [24].
Bahkan banyak manusia yang memahami dan menerjemahkan arti kemenangan itu dengan daya pikirnya sendiri. Bahkan sampai lupa akan arti kemenangan yang sejati, dan proses meraihnya yang sesuai dengan timbangan agama dan akhlaq yang terpuji.
Dalam hal ini tentu seorang insan yang mengaku beriman memahami betul bahwa kemenangan sejati itu hanya milik Allah Swt, pasti pulalah harus diperjuangkan dengan modal integritas- propesionalitas- pengorbanan dan prestasi yang berkaitan erat dengan jalan Allah Swt.
Ayat yang singkat ini mengandung mukjizat yang sangat dahsyad dan sangat luar biasa dalam hal menjelaskan hakikat dan alur kemenangan yang mesti dicapai oleh insan yang merindukan kemenangan dari Allah Swt.
Empat sebab untuk meraih kemenangan sejati:
Sebab pertama: Dumulai dengan menancapkan pondasi pemahaman iman yang benar, keyakinan yang betul. Yaitu iman yang mampu menembus dan membungkus hati, pembenaran itu kian bersemi di sanubari sehingga hatinya kokoh, kuat dan tegar dalam menampung titah tuhanNYA, bahkan keyakinan itu pula tidak sudi tercampur lagi dengan kezholiman dan kotoran duniawi, lantas imanya bertambah jika dibacakan Al-Qur’an dan kuat saat menampung cahaya Ilahi, hatinya berfungsi baik dan sekaligus bisa menbedakan mana yang baik dan mana yang buruk, efeknya terasa lapang dadanya menerima praktek keislaman, melahirkan sikap kefahaman dan kesadaran akan tanggung jawab dari Allah swt. Wal hasil lisan membenarkan hatinya , kami mendengan dengan patuh dan ta’at hanya kepada Allah dan Rasulullah, saksikan pula bahwa iman kami bukan iman munafiq dan iman yang ria sum’ah yang tak pernah merasa manisnya iman.
Sebab yang kedua: iman tadi dibuktikan dengan keta’atan zahir dan bathin. Iman itu jualah yang membawa kepada aktivitas yang benar yaitu keta’atan, ibadah yang baik, kepatuh yang sempurna hanya kepada Allah dan sekligus dampaknya berkhidmat untuk manusia raya. Jalan hidup ini lah yang berkesinambungan, sehingga istiqamahpun diraihnya.