Keterkejutan Dian tidak hanya disitu, saat memasuki toilet entah kenapa suasana toilet tiba-tiba berubah seperti toilet jaman dahulu yang masih menggunakan bilik. Dian yang sudah kebelet tidak menghiraukannya dan segera menuntaskan aktivitasnya.
Setelah selesai dan keluar dari toilet, ia merasa aneh karena seingatnya saat itu sudah malam hari tapi tiba-tiba berubah menjadi sore hari.
Bukan terkejut atau takut, justru Dian merasa tenang dengan suasana sore tersebut.
Mendengar banyak suara-suara orang yang berinteraksi, ia pun melanjutkan langkahnya untuk melihat keluar ke sekeliling kos.
Ternyata, ada pemukiman yang terlihat seperti jaman dahulu beserta para manusia-manusianya.
Walaupun terasa aneh, Dian tertarik dengan pemandangan tersebut dan mencoba untuk melihat-lihat sekitarnya.
Sampai ada seorang penjual yang membawa gerobak mendatanginya, sembari memperingatinya.
“Jangan jauh-jauh mainnya, nanti kamu lupa jalan pulang,” ucap penjual tersebut sembari tersenyum kemudian mundur dengan perlahan.
Setelah itu terdengar suara gemuruh dari atas langit, yang kemudian saat itu juga suasana yang tadinya menenangkan seketika berubah menjadi malam yang gelap.
Dian yang mulai panik ketakutan, mencoba untuk kembali ke indekosnya.
Namun malah menemukan banyak orang yang berjejer di halaman indekosnya sambil memakan daging seorang manusia.
Karena ketakutan dan panik dengan pemandangan tersebut, Dian berteriak untuk meminta tolong, yang malah memancing perhatian orang-orang tersebut.
Ia pun dikejar-kejar oleh sekelompok orang yang berjalan merangkak. Dian pun berlari sekencang mungkin menuju lorong di dalam indekosnya.
Dalam pengakuannya Dian merasa lorong tersebut terasa sangat panjang dan tidak berujung, Hingga akhirnya, sampailah ia di depan pintu kamar Fina.
Ketika pintu dibuka, Dian dikejutkan kembali dengan pemandangan bahwa dirinya sedang memakan pecahan kaca dan disampingnya ada Fina dan Farah yang menangis ketakutan akan ulahnya.
Dian yang terkejut, lalu berteriak-teriak meminta perhatian dari ketiga orang tersebut.