
"Terkadang ada tambahan mendoan atau menu lainnya, tetapi puyuh tetap menjadi yang paling utama," ujarnya.
Untuk promosi secara luas di media sosial, 'warung Ibu Latifah', ujarnya, berkembang melalui kekuatan rekomendasi dari mulut ke mulut.
Pengunjung datang tidak hanya dari wilayah Ciamis, tetapi juga berasal dari Tasikmalaya, Bandung, bahkan Garut.
Banyak yang datang secara teratur setiap enam bulan atau setahun sekali, hanya untuk merindukan cita rasa yang sulit dijumpai di tempat lain.
Latifah juga mengungkapkan, selama hampir delapan tahun, kedai ini telah menyaksikan suka duka perjalanan bisnis.
Pada saat ramai, dapat menghabiskan sampai 100 ekor puyuh dalam sehari. Di waktu sepi, penghasilan bisa hanya Rp50 ribu per hari. Namun Ibu Latifah masih bertahan.
"Hal yang utama masih berjalan." "Alhamdulillah dapat bertahan hingga saat ini," ujarnya.
Saat ini, goreng puyuh kreasi Ibu Latifah sudah menjadi elemen yang tak terpisahkan dari pengalaman berwisata di Cadas Ngampar.