Namun, melansir dari arsip pemberitaan detikcom, sejumlah ulama menilai hadits di atas tingkatannya lemah. Dinilai lemah karena dalam silsilah perawinya ada seorang yang lemah identitasnya.
Meski demikian, membaca surat Al Waqiah secara rutin ternyata sudah menjadi kebiasaan oleh para ulama terdahulu. Hal ini diungkap oleh Imam Ghazali dalam Kitab Fath Qadir yang menyebutkan,
ﻭﻗﺎﻝ اﻟﻐﺰاﻟﻲ: ﻳﻌﺘﺎﺩ ﺃﻭﻟﻴﺎﺅﻧﺎ ﻣﻦ ﻗﺮاءﺓ ﺳﻮﺭﺓ اﻟﻮاﻗﻌﺔ ﻓﻲ ﺃﻳﺎﻡ اﻟﻌﺴﺮﺓ
Artinya: "Wali-wali kita membiasakan membaca surat Waqiah di hari-hari yang sulit,"
Di samping itu, Rasulullah SAW juga pernah menyebut surat Al Waqiah sebagai salah satu kelompok surat yang membuatnya beruban. Bunyi haditsnya sebagai berikut,
عن ابنِ عبّاسٍ قالَ : قالَ أَبُو بَكْر رضي الله عنه: "يَا رَسُولَ الله قَدْ شِبْتَ. قالَ: شَيّبَتْنِي هُودٌ وَالْوَاقِعَةُ وَالمُرْسَلاَتُ و {عَمّ يَتَسَاءَلُونَ} و {إِذَا الشّمْسُ كُوّرَتْ}"
Artinya: Seperti diceritakan Ibnu Abbas, Abu Bakar berkata, "Wahai Rasulullah, engkau telah beruban." Nabi SAW menjawab, "Telah membuatku beruban (surat) Huud, Al-Waaqiah, Al-Mursalaat, Amma yatasaa aluun, dan Idzasy Syamsu kuwwirat." (HR Tirmidzi).
Hadits ini disahihkan oleh Syaikh Al-Albani, Al-Hakim dan Adz-Dzahabi. Maksud kata beruban dari hadits tersebut, Amirulloh Syarbini & Sumantri Jamhar dalam buku Kedahsyatan Membaca Al Quran menafsirkan, surat Al Waqiah menjadi salah satu surat yang paling sering dibaca oleh Nabi Muhammad SAW.