Oleh: Eka Suzanna, Risvan Anwar, Djatmiko, Aishar M. Fikri Nur Ikhsan, Nyoman Ayu Danayanti
(Tim Pengabdi Fakultas Pertanian Universitas Prof Dr. Hazairin, SH.)
Program Pengabdian kepada masyarakat ini dibiayai oleh Direktorat Riset, Teknologi dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Dirjen Dikti Riset dan Teknologi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi
RADAR BENGKULU - Padang Serai adalah salah satu kelurahan di Kecamatan Kampung Melayu, Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu. Desa ini banyak dihuni oleh para pendatang dari Bugis, Jawa, Padang, dan Batak. Jarak antara kampus Universitas Prof. Dr. Hazairin, SH ke Kelurahan Padang Serai lebih kurang 18 Km dan dapat ditempuh dalam waktu 30 menit dengan menggunakan kendaraan bermotor.
Jumlah kepala keluarga di kelurahan ini lebih kurang 1.760 KK. Umumnya masyarakat bekerja sebagai petani, nelayan, buruh bangunan dan pedagang (1). Sebagian besar masyarakat petani memiliki lahan usaha tani 0,25-1,0 ha per kepala keluarga.
Lahan pertanian mereka tanami dengan tanaman hortikultura (sayuran, buah-buahan) dan tanaman pangan seperti jagung, ubi jalar, ubi kayu. Selain itu mereka juga beternak sapi, kambing, ayam, itik dan kolam/tambak.
Penyuluhan Program Pengabdian Kepada Masyarakat--
Beberapa petani sayuran dan buah-buahan semusim yang domisilinya berdekatan menghimpun diri dalam suatu wadah Kelompok Tani yang bernama Kelompok Tani Semangat Muda.
Kelompok tani ini beranggotakan 12 orang, pendidikan SLTA dengan rata-rata berusia 20 – 37 tahun. Kelompok Tani ini diketuai oleh Dadang Sudarisman. Kelompok tani ini memiliki lahan usaha tani lebih kurang 7,25 ha.
Hasil pertemuan dengan kelompok tani (Mitra) pada hari Sabtu, 7 Maret 2024 di rumah Adi Sawaludin (Sekretaris Kelompok Tani), mereka menemui kendala terutama dalam pengendalian gulma dan pengolahan tanah dan harga pupuk yang mahal. Tiga aspek produksi ini mengeluarkan biaya yang sangat tinggi.
Setiap habis panen dan akan memulai penanaman berikutnya gulma yang tumbuh sangat banyak. Apalagi mereka menggunakan pupuk kandang yang juga merupakan sumber gulma. Biasanya mereka menggunakan herbisida untuk mengendalikan gulma. Selain mudah dilaksanakan dan waktu pengendalian juga lebih singkat, sehingga mereka dapat segera menanam.
Herbisida yang biasa mereka gunakan adalah herbisida berspektrum luas, berbahan aktif Isopropanilamin glyphosate dan 2,4 dichlorophenoksi asetic acid dengan berbagai merek dagang.
Setiap kali melakukan pengendalian gulma mereka menggunakan dosis lebih kurang 6 l/ha. Harga satu liter herbisida Rp 85.000. Dengan demikian, dana yang dikeluarkan untuk mengendalikan gulma lebih kurang Rp. 510.000/ ha, dan upah penyemprotan Rp. 200.000/ha. Kelompok tani ini mengeluarkan dana Rp. 3.697.500 untuk pembelian herbisida setiap kali bercocok tanam.
Apabila dalam satu tahun mereka 3 kali berusaha tani, maka dana yang harus dikeluarkan untuk pembelian herbisida adalah Rp. 11.092.500/ tahun. Herbisida sintetik yang digunakan selama ini tidak ramah lingkungan.
Selain itu, harga herbisida ini cenderung semakin meningkat setiap tahunnya. Ini disebabkan masih tingginya komponen impor dari herbisida tersebut dan semakin cenderungnya masyarakat menggunakan herbisida karena lebih efektif dalam mengendalikan gulma.