Bila di dunia, kesalehannya dapat menjadi wasilah yang menjaga dan mensalehkan anak keturunannya sebagaimana firman Allah dalam surah Alkahfi:
وَ كَانَ اَبُوْهُمَا صَالِحًا
“Dan keadaan ayahnya adalah seorang yang saleh.” (QS. Alkahfi ayat 82).
Menurut Ibnu Katsir, ayat ini merupakan dalil bahwasanya orang tua yang saleh akan dijaga keturunannya. Bahkan menurut al-Qurthubi, bisa jadi kesalehan seseorang berkat kesalihan kakek buyutnya. Itulah mengapa Ibnu al-Musayyib berkata kepada anaknya, “Sungguh aku akan menambah panjang shalatku demi dirimu, dengan harapan aku dijaga, begitu juga dirimu.” (Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam, 2/554).
Tidak hanya di dunia, keberkahan ibadah orang tua juga sampai pada akhirat anaknya. Di akhirat kelak, kesalehan orang tua dapat menaikkan derajat surga anak mereka.
Anak Menaikan Derajat Orang Tua
Akan tetapi, kesalehan orang tua tidak serta merta langsung menjadi jaminan bagi kebahagiaan anaknya dengan tanpa sarat. Jika seorang anak melakukan dosa, dia juga bisa saja masuk ke neraka terlebih dahulu.
Di dalam al-Tahrir wa al-Tanwir karya Ibnu ‘Asyur disebutkan, pemilihan lafaz أَلْحَقْنَا yang berarti “kami pertemukan mereka”, adalah untuk menunjukkan pemahaman bahwa bisa jadi anak-anaknya dimasukan terlebih dahulu ke neraka untuk membersihkan dosa-dosanya, kemudian barulah dimasukan ke surga yang sederajat dengan orang tuanya. Inilah karunia Allah bagi orang-orang yang beriman. (al-Tahrir wa al-Tanwir, 27/48).