Lima Tingkatan Balasan Amal Manusia
Dori Setiawan. M.Pd--
Kedua, amal yang mewajibkan. Maksudnya, amal dari hamba yang tidak menyembah siapa pun kecuali kepada Allah. Tidak meminta kepada siapa pun kecuali kepada Allah. Tidak menuju siapa pun kecuali kepada-Nya. Tidak keluar dari perintah-Nya dan tidak melanggar larangan-Nya. Maka baginya wajib balasan surga. Sebaliknya, hamba yang keluar dari perintah-Nya dan melanggar larangan-Nya, maka wajib bagi hamba tersebut balasan neraka.
Ketiga, amal yang dibalas sepuluh kali lipatnya. Secara umum, amal seorang hamba dicatat Allah sepuluh kali lipatnya. Sebagaimana yang diinformasikan dalam hadits berikut ini yang artinya: “Kebaikan itu dicatat sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipatnya. Sementara keburukan dicatat semisalnya kecuali diampuni oleh Allah.” (HR. Ahmad).
Namun, ada pula amal tertentu yang dicatat sepuluh kali lipat dengan bentuk balasan yang berbeda. Contohnya seperti yang disampaikan malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW yang artinya: “Wahai Muhammad, siapa saja yang bershalawat kepadamu satu kali, maka Allah akan mencatat untuk orang itu sepuluh kebaikan, menghapus darinya sepuluh keburukan, dan mengangkat untuknya sepuluh derajat." (HR. Ibnu Abi Syaibah).
Sidang Jumat rahimakumullah
Keempat, amal yang dicatat tujuh ratus kali lipat. Amal yang mendapat balasan tujuh ratus kali lipat adalah amal berjihad di jalan Allah. Informasi balasan itu disampaikan secara jelas dalam ayat Al-Quran yang artinya: “Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti (orang-orang yang menabur) sebutir biji (benih) yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji.” (QS. al-Baqarah [2]: 261).
Dalam konteks kekinian, jihad tidak saja berbentuk angkat senjata di medan pertempuran, tetapi apa pun yang dikerahkan dalam rangka menegakkan dan menghidupkan agama Allah. Seperti membangun sarana ibadah, menghidupkan kegiatan dakwah, membina generasi pengamal Al-Quran, juga termasuk amaliah jihad atau berjuang di jalan Allah.
Kelima, amal yang tidak mengetahui besaran balasannya kecuali Allah. Salah satu amal yang tidak diketahui besaran balasannya adalah amal puasa. Tentunya adalah puasa wajib, sebagaimana dalam hadits, “Aku akan membalas langsung ibadah puasa wajib.” Sebab, besaran balasan puasa sunah diketahui dalam beberapa hadits ada yang diampuni dosa satu tahun, dua tahun, dan seterusnya.
BACA JUGA:Esensi Ibadah Kurban Sebagai Sarana Mendekatkan Diri Kepada Allah SWT
BACA JUGA:Menegakkan Keadilan dan Rasa Persaudaraan
Selain itu, masih ada amal-amal tertentu dari seorang hamba yang dikehendaki Allah mendapat balasan yang tak ternilai besarnya. Sebagaimana yang ditegaskan dalam ayat berikut yang artinya: “Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahaluas lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 261).
Itulah tingkatan dan gambaran balasan Allah bagi para hamba-Nya. Betapa pemurahnya Allah yang begitu teliti membalas kebaikan hamba-hamba-Nya. Di saat hamba-Nya berbuat baik, Dia balas sepuluh kali lipat, tujuh kali lipat. Bahkan sampai tak terhingga.
Namun, dikala hamba-Nya berdosa, Allah tangguhkan hingga beberapa saat, barangkali ia bertaubat. Kendati tak bertaubat, maka dicatat-Nya satu kesalahan saja. Semoga kita termasuk hamba-hamba yang meraih keutamaan beramal. Amin ya robbal alamin.