Ceramah Idul Adha 2024: Pembebasan Dosa dan Miniatur Padang Mahsyar
Dr. H. Rozian Karnedi, M.Ag--
Terlepas dari perbedaan tersebut, yang jelas Nabi Adam AS dan Siti Hawa bertemu di ‘Arafah.
Setelah berpisah sekian lama, maka bertemulah kedua insan tersebut di Padang ‘Arafah. Artinya, tempat pertemuan (mengetahui) atau tempat perkenalan. Untuk mengenang pertemuan Nabi Adam AS dan Siti Hawa tersebut, maka ditetapkanlah wukuf di ‘Arafah sebagai salah satu manasik haji.
Wukuf di ‘Arafah pada hakikatnya mengingatkan dan mengajarkan kita bahwa kita adalah sama. Yakni sama-sama berasal dari Nabi Adam AS dan Siti Hawa. Pada hari ini umat Islam dari seluruh dunia berkumpul di Padang ‘Arafah dengan penuh kebersamaan; “Sama-sama berada ditempat yang sama, sama-sama menyembah Tuhan yang sama, sama-sama berpakaian yang sama, sama-sama mengikuti Nabi yang sama, sama-sama melaksanakan manasik yang sama.”
Sebagai makhluk sosial (zoon politikon) tentu manusia berpeluang berbeda organisasi, bangsa, bahasa, budaya, ras, keturunan, fisik, pekerjaan, partai, kaya, miskin, dan lain-lain.
Akan tetapi perbedaan tersebut hendaklah dicari kesamaannya dan jangan memperbesar perbedaannya.
Ditempat ini tidak ada lagi jendral, pejabat, dan lain-lain. Semuanya adalah sama di mata Allah SWT. Yang membedakan adalah taqwa kepada Allah SWT. Firman Allah yang artinya:
'' Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.''
Rasulullah bersabda yang artinya :” "Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta benda kalian, tetapi Dia hanya memandang kepada amal dan hati kalian." ( HR. Ibu Majah).
'Arafah Mengenang Pengorbanan Nabi Ibrahim AS
Sebagian ulama memahami bahwa ‘Arafah berarti mengetahui atau yakin (ma’rifah). Istilah tersebut dikaitkan dengan peristiwa Nabi Ibrahim AS yang diperintahkan oleh Allah SWT agar menyembelih anaknya Ismail.
Perintah tersebut awalnya diterima oleh Nabi Ibrahim AS melalui mimpi pada tanggal 8 Zulhijjah. Namun keesokan harinya Nabi Ibrahim AS ragu-ragu apakah mimpi tersebut dari Allah SWT atau dari syetan. Maka tanggal 8 Zulhijjah disebut dengan hari tarwiyah.
Kemudian malam tanggal 9 Zulhijjah Nabi Ibrahim AS kembali bermimpi dengan mimpi yang sama, maka Nabi Ibrahim AS yakin /ma’rifah bahwa mimpi tersebut datang dari Allah. Karena itulah hari tersebut dinamakan hari ‘Arafah. Pada tanggal 10 Zulhijjah Nabi Ibrahim AS bermimpi lagi dengan mimpi yang sama, maka pada tanggal 10 Zulhijjah tersebut Nabi Ibrahim AS melaksanakan perintaah tersebut. Karena itu, hari tersebut dinamakan dengan hari nahar yang artinya hari penyembelihan.