Tradisi Bakar Gunung Api Khas Serawai Bengkulu Nyaris Punah
Tradisi Bakar Gunung Api merupakan sebuah ritual membakar batok kelapa yang telah disusun-Poto Republika-
RADAR BENGKULU, SELUMA- Tradisi Bakar Gunung Api merupakan salah satu cara masyarakat Serawai Seluma dalam menyambut datangnya Hari Raya Idul Fitri.
Tradisi ini merupakan warisan budaya Suku Serawai di Bengkulu yang telah dilaksanakan secara turun-temurun.
Namun sayang, seiring kemajuan zaman, tradisi Bakar Gunung Api mulai nyaris punah.
Tradisi Bakar Gunung Api merupakan sebuah ritual membakar batok kelapa yang telah disusun.
BACA JUGA:39 Unit SPKLU PLN di Sepanjang Tol Trans Sumatera Siaga Layani Pemudik, Ini Titik Lokasinya
BACA JUGA:Tim Satgas Pangan Lakukan Pengecekan, Ini Bahan Pokok Yang Naik Harga
Susunan batok kelapa tersebut dibuat seperti tusuk sate yang dirangkai kayu dan dibuat tinggi menjulang.
Menurut Nelwan Kusnadi, tokoh masyarakat Desa Kota Agung, Kecamatan Seluma Timur, tradisi ritual Bakar Gunung Api ini bertujuan sebagai bentuk rasa syukur masyarakat Serawai kepada Allah SWT atas segala kebaikan yang diberikan hingga dapat menikmati keindahan Hari Raya Idul Fitri.
BACA JUGA:Jalan Dua Jalur jadi Prioritas Infrastruktur 2024 di Kaur
BACA JUGA:Lonjakan Arus Mudik Terjadi di Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) Sebelum Hari Raya Idul Fitri
Sejumlah pihak juga mengklaim ritual tersebut juga dimaksudkan sebagai pemberian doa kepada arwah keluarga yang telah meninggal agar merasa tenteram di akhirat.
" Tradisi Bakar Gunung Api sudah nyaris punah, sudah kalah dengan permainan mercon dan kembang api," kata Nelwan Kusnadi kepada RADARBENGKULU.DISWAY.ID, Rabu, 10 April 2024.
Umumnya, tradisi Bakar Gunung Api dilaksanakan tepat pada malam takbiran.
Masyarakat Suku Serawai umumnya menggelar tradisi ini di halaman atau di belakang rumahnya.