Ini Doa Saat Terjadi Gempa Bumi Sehingga Bisa Terlindungi dari Bencana

Selain Nabi Nuh AS yang membacakan doa saat proses bencana, Nabi Musa AS juga melakukan hal yang sama dengan umatnya menghadapi gempa. -ist-

Artinya: “(Nuh) berkata, ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu untuk memohon sesuatu yang aku tidak mengetahui (hakikatnya). Kalau Engkau tidak mengampuniku dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku termasuk orang-orang yang merugi’.”

Saat mengalami musibah gempa bumi, seorang muslim tidak hanya bisa memohon perlindungan kepada Allah SWT namun juga pasrah. 

Sebagaimana dijelaskan dalam buku “Doa Al-Ma’tsurat dan Doa Sehari Hari” yang disusun oleh Tim Mutiara Media, terdapat doa yang bertujuan untuk berserah diri kepada Allah SWT. Berikut bacaan doa selengkapnya:

“Allaahumma laka aslamtu, wabika aamantu, wa’alaika tawakkaltu, wailaika anabtu, wabika khashamtu. Allaa- humma innni a’uudzubika bi’izzatika laa ilaaha illaa anta an tudlillanii, antal hayyulladzii laa yamuutu waljinnu wal insu yamuutuuna.”

Artinya: “Ya Allah...kepada-Mu-lah aku memasrahkan diri, kepada-Mu aku beriman, dan juga kepada- Mu aku bertawakal serta kepada-Mu aku memohon perlindungan. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau (janganlah Engkau) menyesatkan aku, sebab Engkau adalah Tuhan Yang Maha Hidup yang tidak akan mati, sementara jin dan manusia akan mati binasa” (HR. Bukhari dan Muslim).

Selain Nabi Nuh AS yang membacakan doa saat proses bencana, Nabi Musa AS juga melakukan hal yang sama dengan umatnya menghadapi gempa. 

Mengutip kitab Sayyid Qutb “Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Jilid 5”, disebutkan bahwa lagu sholawat Nabi Musa AS disebutkan dalam firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Al-A’raf ayat 155-156 . Bagi umat Islam yang ingin mengamalkan shalatnya, berikut bacaan ayat tersebut:

“Wakhtâra mûsâ qaumahû sab’îna rajulal limîqâtinâ, fa lammâ akhadzat-humur-rajfatu qâla rabbi lau syi’ta ahlaktahum ming qablu wa iyyây, a tuhlikunâ bimâ fa’alas-sufahâ’u minnâ, in hiya illâ fitnatuk, tudlillu bihâ man tasyâ’u wa tahdî man tasyâ’, anta waliyyunâ faghfir lanâ war-ḫamnâ wa anta khairul-ghâfirîn. Waktub lana fî hâdzihid-dun-yâ ḫasanataw wa fil-âkhirati innâ hudnâ ilaîk, qâla ‘adzâbî ushîbu bihî man asyâ’, wa raḫmatî wasi’at kulla syaî’, fa sa’aktubuhâ lilladzîna yattaqûna wa yu’tûnaz-zakâta walladzîna hum bi’âyâtinâ yu’minûn.”

Artinya: “Musa memilih tujuh puluh orang dari kaumnya untuk (memohon taubat kepada Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan. Ketika mereka ditimpa gempa bumi, Musa berkata, ‘Ya Tuhanku, jika Engkau kehendaki, tentulah Engkau membinasakan mereka dan aku sebelum ini. Apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang kurang akal di antara kami? (Penyembahan terhadap patung anak sapi) itu hanyalah cobaan dari-Mu. Engkau menyesatkan siapa yang Engkau kehendaki dengan cobaan itu dan Engkau memberi petunjuk siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah Pelindung kami. Maka, ampunilah kami dan berilah kami rahmat. Engkaulah sebaik-baik pemberi ampun. Tetapkanlah untuk kami kebaikan di dunia ini dan di akhirat. Sesungguhnya kami kembali (bertobat) kepada Engkau. (Allah) berfirman, ‘Siksa-Ku akan Aku timpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Akan Aku tetapkan rahmat-Ku bagi orang-orang yang bertakwa dan menunaikan zakat serta bagi orang-orang yang beriman pada ayat-ayat Kami’.”

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan